Mohon tunggu...
Fitri Kurnias
Fitri Kurnias Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah Awal Komitmen Orang Tua dengan Pihak Sekolah

31 Juli 2016   15:52 Diperbarui: 31 Juli 2016   16:06 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama sekolah? Setiap orang pasti punya pengalaman sendiri tentang hal itu. Apalagi bagi orang tua yang baru memasukkan anak pertamanya ke sekolah. Sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan, layaknya sebuah sejarah dalam sebuah keluarga. Para orang tua sibuk mempersiapkan apa saja yang akan dibawa ke sekolah oleh buah hati tercinta. Buku, tas, sepatu, juga seragam sudah jauh-jauh hari dipersiapkan. Momen satu tahun sekali ini sebenarnya merupakan momentum awal untuk mengantar anak ke masa depan, atau lebih tepatnya awal perjalanan panjang masa depan anak.

Mengantar anak di hari pertama sekolah akan menyadarkan kembali para orang tua murid bahwa keterlibatan mereka itu yang utama. Menyadarkan kembali orang tua sebagai pendidik utama anak. Sekolah hanyalah sebagai mitra dan wadah bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Mengingatkan kembali bahwa ada ikatan kasih sayang yang begitu besar antara orang tua dan anak. Orang tua mau meluangkan sedikit waktunya untuk mengantar anak ke sekolah di sela-sela kesibukannya. Setitik perhatian di hari pertama sekolah yang akan berdampak besar pada kehidupan anak kedepannya. Mengingatkan kembali para orang tua bahwa kehadiran mereka sangat diharapkan oleh pihak sekolah sebagai mitra dalam mendidik anak.

Kepedulian orang tua bisa diawali dengan mengantar anak di hari pertama sekolah. Sejatinya sekarang, sekolah juga sudah lebih membuka diri untuk saling bergandengan tangan dengan para orang tua dalam mendidik putra putri bangsa. Bentuk kerjasama yang akan menguatkan ikatan kekeluargaan yang berkesinambungan. Betapa nyamannya anak,  jika mengetahui hubungan orang tua mereka dengan sekolah yang harmonis. Di rumah mereka dididik dan dilindungi dengan penuh kasih sayang oleh orang tua, sedangkan di sekolah, mereka juga merasa nyaman karena para guru / fasilitator juga sangat memperhatikan mereka. Damai dan menyenangkan, bukan? Anak betah di rumah keduanya ( sekolah ), mereka juga nyaman dengan orang tua kedua mereka ( para guru / fasilitator ).

Anak akan merasa ‘belajar’ baik di rumah ataupun di sekolah, sama-sama terasa nyaman dan menggembirakan. Rasa ‘gembira’ ini yang akan melejitkan potensi masing-masing anak. Mereka bersekolah dengan gembira, tanpa ada rasa ‘tertekan’ untuk belajar dan melangkah, menaiki setiap tangga pembelajaran. Jika ada kesulitan, anak akan dengan antusiasnya bertanya pada orang tua jika sedang di rumah, atau kepada guru jika sedang di sekolah. Anak akan merasa lebih percaya diri di mana pun dan kapan pun.

Dengan kata lain, orang tua dan sekolah sama-sama berperan aktif mendidik anak. Jika itu semua terlaksana, pastilah hasilnya akan sesuai harapan. Bahkan, baik orang tua atau guru akan banyak mendapatkan kejutan dari si anak. Tidak hanya secara akademis, namun juga secara karakter. Mereka akan menjadi pribadi yang kuat berkarakter santun, namun juga berprestasi. Hal itu merupakan modal untuk meniti masa depannya kelak.

Ada yang berbeda ketika saya mengantar anak ketiga saya. Berbeda dengan kedua kakaknya yang bersekolah di sekolah reguler, anak ketiga saya bersekolah di sekolah alam. Hari pertama sekolah, kami disambut oleh para guru / fasilitator dengan kostum unik bertema tumbuhan dan diiringi lagu hari pertama sekolah. Bahkan wajah mereka juga di make up menyesuaikan kostum. Anak saya tertawa dan senang melihat penampilan guru-guru. Sikap mereka juga sangat bersahabat. Tujuan sekolah untuk memberi suasana yang berbeda dan kesan mendalam bagi siswa dan orang tua di hari pertama sekolah. Ya, kami sangat terkesan. 


Orang tua saling menyapa dan berkenalan. Mereka juga memakai name tag untuk memudahkan perkenalan. Sambutan yang begitu hangat mengalirkan energi dan semangat tidak hanya untuk anak-anak, namun juga orang tua. Secara tidak sadar, kedekatan psikologis orang tua, anak, dan pihak sekolah mulai terjalin.

Orang tua, siswa, guru membentuk lingkaran besar. Bersama menyuarakan yel-yel sekolah yang baru pertama diajarkan. Dibuka dengan ice breaking tarian pinguin, semua bergembira dan tertawa. Suasana terasa meriah. Setelah itu, orang tua dan siswa dikenalkan dengan lingkungan sekolah satu persatu, mulai dari toilet, kantor, base camp masing-masing kelas. Kami diberitahu juga tentang sistem pembelajaran di sekolah. Semua dijelaskan oleh guru masing-masing kelas, sehingga kami orang tua mempunyai gambaran seperti apa kelak anak kita belajar di sekolah.

img-20160718-wa0008-579dafb1b07a615e0d7a5a5d.jpg
img-20160718-wa0008-579dafb1b07a615e0d7a5a5d.jpg
Hari pertama sekolah bertepatan dengan momen halal bihalal. Semua saling bersalaman dan berkenalan tentunya. Keakraban mulai terasa di hari pertama ini. Semua membawa potluck dan saling berbagi dengan menyantap bersama. Tak lupa kami semua berfoto masing-masing kelas untuk dokumentasi sekolah.

Terbukti sekali, mengantar anak di hari pertama sekolah bukan hanya sekedar sampai gerbang sekolah, lantas pergi. Jika orang tua mau masuk lebih dalam, berkomunikasi dengan pihak sekolah, maka efek psikologis keakraban dengan sekolah akan lebih terasa. Setelah selesai, semua pulang dengan gembira dengan membawa harapan baru dan juga semangat baru. Itu semua sebagai langkah awal sinergi orang tua dengan sekolah. Ya, hari pertama sekolah memang awal perjalanan panjang anak kita di rumah keduanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun