Pagi itu, aku memutuskan untuk berangkat kerja dengan motor Supra ku, yang aku panggil Jagur. Meskipun cuaca Bandung sangat dingin, aku selalu menikmati sensasi angin sejuk yang menyapa wajahku ketika melaju di jalan-jalan kota ini. Jagur adalah teman setia dalam perjalanan kerja sehari-hari.
Sesampainya di tempat kerja, aku parkirkan Jagur di tempat parkir yang biasa kujadikan tempat istirahatnya selama jam kerja. Pagi itu tampak biasa, tetapi segala sesuatunya berubah begitu aku melihat motor Mio yang parkir di samping Jagur. Seorang pengendara Mio yang kompak dibalut helm hitam keluar dari motor dan melepaskan helmnya dengan hati-hati.
Saat dia mengangkat helmnya, alangkah kagetnya aku. Aku mengira bahwa pengendara Mio itu adalah seorang lelaki, tetapi yang muncul di depanku adalah seorang wanita cantik dengan senyuman manis. Rambut panjangnya yang mengalir menambah pesona kecantikannya.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkanmu," kata wanita itu dengan nada lembut.
Aku hanya bisa tersenyum kecut, masih terkejut dengan kejadian yang tak terduga ini. "Tidak apa-apa," jawabku dengan keraguan dalam suara. "Tapi, apa yang membawamu ke sini?"
Wanita itu tersenyum lebih lebar. "Aku adalah Ranit," katanya sambil mengulurkan tangan. "Adiknya Herman, teman kerjamu."
Aku merasa lega mengetahui bahwa wanita cantik ini adalah kerabat dari salah satu teman kerjaku, Herman. Kami saling berjabat tangan dengan hangat. Ranit menceritakan bahwa dia baru saja pindah ke Bandung untuk bekerja dan Herman telah memberinya tumpangan pagi ini.
Kami berdua beralih ke percakapan yang lebih santai, dan aku menyadari bahwa kami memiliki banyak kesamaan. Kami berbagi minat dalam musik, seni, dan bahkan tempat-tempat favorit di Bandung. Ranit adalah orang yang ceria dan ramah, dan aku merasa nyaman berbicara dengannya.
Selama beberapa minggu berikutnya, kami terus bertemu di tempat parkir, sebelum dan setelah jam kerja. Kami menjadi semakin akrab dan menghabiskan waktu bersama. Kami bahkan pernah pergi bersama untuk menikmati kopi di salah satu kafe favorit kami.
Aku merasa beruntung karena telah menemukan seorang teman sekeren Ranit di kota ini. Persahabatan kami pun semakin erat. Herman, teman kerjaku, juga senang bahwa adiknya dan aku menjadi dekat. Ranit membawa keceriaan dan warna yang baru dalam hidupku, dan aku bersyukur atas pertemuan tak terduga di parkiran yang telah membawanya ke dalam hidupku.