Mohon tunggu...
Fitri
Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mari belajarr

Berusaha adalah jalan menuju kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suka Duka Petani Cengkeh yang Dirasakan oleh Masyarakat Kelurahan Battang

9 Juni 2021   20:52 Diperbarui: 9 Juni 2021   21:46 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Indonesia merupakan suatu negara yang penduduknya kebanyakan berprofesi sebagai seorang petani. Ini bisa dibuktikan dengan Keadaaan letak geografis yang memiliki keuntungan tersendiri dimana mempunyai bidang dataran tinggi, dataran rendah serta perairaran yang dapat dijadikan lahan untuk berkebun dan bertani dengan baik. Walaupun kadang iklim serta cuaca menjadi penghalang para petani apabila memiliki dampak buruk bagi tanaman tersebut.

Dilansir dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), daerah dataran tinggi memiliki ketinggian lebih dari 700 meter diatas permukaan air laut. Contohnya Perbukitan dan pegunungan daerah. Masyarakat di daerah pegunungan sebagian bekerja sebagai seorang petani, karena ada potensi Alam yang bisa dijadikan untuk bertani dan berkebun. Di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri mempunyai kapasitas bertani dan berkebun yang baik, mengingat kebanyakan penduduknya berprofesi petani.terkait dengan daerah pegunungan sangat memungkinkan untuk bercocok tanam atau bertani kopi, cengkeh, sayur mayur, dll. 

Di Kelurahan Battang, Kabupaten Kota Palopo, adalah daerah dengan dataran tinggi dimana para petani di daerah tersebut memilih menanam tumbuhan cengkeh, sebab daerah tersebut sangat cocok dengan masa pertumbuhan cengkeh, walaupun kadang-kadang iklim atau cuaca didaerah tersebut yang menjadi penghalang untuk cengkeh itu sendiri.

Dari efek iklim atau cuaca inilah yang menyebabkan cengkeh dalam 3 tahun terakhir ini hanya berbuah atau berbunga 2 kali panen didaerah Battang. Padahal setiap tahun cengkeh bisa satu kali panen. ini membuktikan bahwa keadaan petani cengkeh didaerah Battang mengalami kerugian dalam satu tahun terakhir ini. Padahal dimasa pandemi saat ini perekonomian sangat lemah dan masyarakat di daerah battang hanya bisa mengandalkan sebagian hasil tani mereka untuk bertahan hidup. Selain itu, harga perkilo dari cengkeh saat ini dikota palopo berkisar 98.000.00 yang otomatis sangat berbanding terbalik dengan harga cengkeh perkilo dalam beberapa tahun yang lalu. Padahal harga cengkeh perkilo beberapa tahun yang lalu di daerah kota palopo dapat mencapai 150.000.00 yang otomatis sangat merugikan petani cengkeh yang sudah siap jual hasil panennya.

Jika menelusuri proses cengkeh untuk pengeringannya, sangat tidak mudah untuk langsung mendapatkan hasil akhir cengkeh itu sendiri, yang dimana awalnya pemetikan buah cengkeh yang siap panen, lalu pemisahan tangkai batang cengkeh itu sendiri. Kemudian proses penjemuran yang dapat memakan waktu satu minggu apabila cuaca terik matahari berlangsung terus menerus. Jika cuaca yang kurang baik, otomatis dapat memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk hasil pengeringan cengkeh yang begitu bagus.

Ini lah beberapa faktor yang memang menjadikan petani cengkeh di daerah Battang begitu mengalami kerugian yang lumayan besar dari bertani cengkeh di tahun ini.namun dari bertani cengkeh saat ini para petani tidak putus asa untuk membangun pertanian mereka. Justru mereka mengalihkan itu semua dengan bertani Vanili, dan buah-buahan seperti Buah Durian dan lain-lain.

Penulis : Nur Haziza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun