ibu, atau lebih tepatnya, aku tumbuh dengan kehadirannya yang begitu singkat . Wajahnya pun sudah kabur dalam ingatanku, namun perasaan tentangnya, cinta yang ia beri, tetap jelas terpatri dalam hati ini. Sungguh sang pencipta tau yang terbaik, Allaah takdirkan ibu pergi dan tak lagi kembali. Ayah tidak banyak bercerita tentang ibu, dan itu membuatku semakin bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya sosok ibu yang dulu ada di samping ku?
Aku tumbuh tanpaTak ada foto kenanganku bersamanya, tak ada rekaman suara, yang ada hanya cerita-cerita dari orang sekitar yang menceritakan betapa hebatnya ibuku. Mereka bilang ibuku adalah perempuan yang penuh keteguhan, sabar, dan selalu mendahulukan keluarga. Mereka bilang ibu tak pernah marah, selalu penuh cinta, bahkan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dari cerita-cerita itu, aku bisa merasakan bahwa ibu adalah sosok yang luar biasa, meskipun aku tidak pernah bisa mengenalnya secara langsung.
Pernahkah aku merasa kehilangan?Â
Tentu. Setiap kali aku melihat ibu-ibu lain yang ada di sekitarku, aku sering bertanya dalam hati, seperti apa rasanya memiliki ibu yang ada di sana, yang bisa dipeluk, yang bisa diajak berbicara. Tapi meski demikian, aku tidak merasa benar-benar kesepian. Karena ada kekuatan yang kurasakan, seakan ia selalu hadir di setiap langkahku. Mungkin bukan dalam bentuk yang tampak, tetapi dalam semangat dan keberanian yang aku miliki untuk menjalani hidup.
Aku mungkin tidak mirip ibu, tapi aku merasa ada sesuatu yang tetap menghubungkanku dengannya. Mungkin itu adalah semangat yang kutemukan dalam diri setiap kali menghadapi tantangan. Mungkin itu adalah keberanian yang aku bawa dalam setiap keputusan. Walaupun aku tidak terlihat seperti ibu, aku merasa bahwa dalam caraku menjalani hidup, ada warisan cinta dan ketangguhan yang ia berikan. Itu adalah bagian dari diriku yang terus menghidupkan kenangan tentangnya.
Aku sering membayangkan, seperti apa ibu ketika ia masih muda? Apa yang ia rasakan saat melahirkan aku, atau saat ia melihatku tumbuh besar? Tidak ada jawaban yang pasti, karena aku tidak bisa bertanya langsung padanya. Tapi aku selalu percaya, bahwa meskipun ibu tidak pernah ada di sini untuk melihatku dewasa, ia telah menanamkan dalam diriku nilai-nilai yang ia yakini. Dan itu adalah sesuatu yang lebih berharga daripada kenangan apapun.
Aku tidak bisa mengingat bagaimana suara ibu memanggil namaku, atau bagaimana rasanya dipeluknya saat aku kecil. Tapi setiap kali aku merasa ragu atau takut, aku merasakan kehadirannya dalam bentuk lain. Ia ada dalam keberanian yang aku miliki untuk menghadapi tantangan hidup, dalam cinta yang aku berikan kepada orang-orang di sekitarku, dan dalam keyakinan bahwa hidup ini penuh dengan kemungkinan.
Meskipun ibu telah pergi, ia tetap hidup dalam caraku menjalani hidup. Dalam doa-doa yang kupanjatkan untuknya setiap kali aku merasa cemas, dalam rasa terima kasih yang aku rasakan karena ia memberiku kehidupan, meski tak sempat melihatku menjadi siapa aku hari ini. Ibu tidak pernah benar-benar pergi, ia tetap hidup dalam diriku, dalam setiap tindakan yang aku lakukan.
Aku merasa bangga menjadi putrinya. Karena meskipun aku tak bisa mengingat wajahnya, aku tahu bahwa ia adalah perempuan yang luar biasa. Seperti ayah yang memilihnya menjadi pendamping hidup, aku juga memilih untuk mengingatnya sebagai sosok yang penuh kasih dan kekuatan. Mungkin aku tidak pernah bisa memeluk ibu, tetapi aku tahu cinta itu tetap mengalir, tak pernah berhenti, dan selalu ada di dalam diriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H