Mohon tunggu...
Safrida Fitri Nasution
Safrida Fitri Nasution Mohon Tunggu... Lainnya - Seberapa banyak engkau menulis, pada akhirnya akan membaca

Anak desa, terlahir dari keluarga miskin, namun berkecukupan dengan rasa syukur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Denting Rindu pada Dunia yang Hilang

9 Januari 2025   21:10 Diperbarui: 9 Januari 2025   21:09 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/X9Xmt8kt4S9uiicZ9

Dalam gemuruh sunyi yang tak bertepi,
Rindu berdenting di hati yang perih.
Dunia yang dulu membentang indah,
Kini tersisa bayang, samar dan pasrah.


Langit pernah bernyanyi dengan warna,
Mentari menyapa lembut di tiap sela.
Namun waktu menggulung ceritanya,
Meninggalkan jejak pilu di dada.


Ada taman yang dulu penuh tawa,
Kini hanya diam, sunyi merajai.
Rindu menari dalam tarikan nafas,
Mencari jejak yang tak lagi nyata.


Bisikan angin membawa kenangan,
Namun ia terlalu halus tuk tergenggam.
Seperti pasir yang lari di sela jemari,
Begitu juga dunia yang pergi.


Aku memanggilmu, wahai waktu lalu,
Namun suaraku hilang di angkasa bisu.
Tak ada jawaban, hanya gema yang kembali,
Mengisi ruang hampa di hati ini.


Adakah cara menenun ulang mimpi?
Menyulam asa di kain yang koyak ini?
Namun dunia yang hilang tak kembali,
Hanya sisa luka menuntun langkah kaki.


Di bawah rembulan, aku mencoba damai,
Mendengar denting rindu yang kian memudar.
Biarlah dunia yang hilang menjadi pelajaran,
Meski getirnya mengiris dalam.


Kini ku genggam erat sisa harapan,
Dalam doa dan cinta yang tak pernah padam.
Meski dunia itu takkan pernah pulang,
Denting rinduku tetap abadi di sayup malam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun