Mohon tunggu...
Safrida Fitri Nasution
Safrida Fitri Nasution Mohon Tunggu... Lainnya - Seberapa banyak engkau menulis, pada akhirnya akan membaca

Anak desa, terlahir dari keluarga miskin, namun berkecukupan dengan rasa syukur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menggenggam Hampa di Ujung Dahan

7 Januari 2025   19:20 Diperbarui: 7 Januari 2025   19:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/7U3jt2wFW2JD8CZe9Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Di ujung dahan yang kian rapuh,
kugenggam mimpi yang perlahan luruh.
Angin berbisik, membawa sunyi,
sementara jiwaku menanti tepi.

Daun-daun gugur, meninggalkan jejak,
rindang cerita berubah retak.
Namun, di sini aku tetap berdiri,
meski yang kurasa hanyalah sepi.

Adakah harap di ujung tatapan?
Ataukah hanya bayang yang menghilang perlahan?
Aku memeluk yang tak bisa kugenggam,
hampa berdiam, waktu terdiam.

Namun, dahan ini tak sepenuhnya pudar,
akar di bawah tetap tegar.
Meskipun rapuh, aku tak hancur,
karena hidup adalah kisah yang selalu jujur.

Di ujung dahan, kutemukan makna,
bukan soal apa yang hilang di sana.
Tapi bagaimana aku tetap bertahan,
menari bersama angin, meski sendirian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun