Transisi pada hakikatnya mestilah merupakan sebuah momentum langkah awal menuju perubahan untuk perbaikan negeri. Dengan tujuan kinerja pemerintahan dapat berjalan sesuai harapan tanpa di dasari konflik kepentingan pribadi maupun golongan.
Akumulasi dari tata kelola pemerintahan yang baik menjadi catatan penting untuk tidak begitu saja di lupakan, dalam tatanan hegemoni sosial yang memiliki peradaban. Dengan demikian Legacy yang telah di torehkan menjadi sebuah kenangan agar selalu dapat di abadikan.
Pemimpin yang baik tentu menempatkan kepentingan rakyatnya di atas kepentingan pribadi dan golongan, walaupun mungkin faktanya belumlah tentu demikian, namun setidaknya terbersit dari lubuk hati yang paling dalam ada rasa malu dan bersalah kepada Tuhan, ketika sebuah amanah tidak sepenuhnya di laksanakan untuk kehidupan hari ini dan yang akan datang bagi mereka para penerus "Generasi Gemilang".
Kesadaran Kognitif sebagai anugerah yang telah diberikan oleh sang pencipta alam, semestinya dilaksanakan secara kolektif dan berkesinambungan, itupun jika kita benar-benar masih merasa memiliki Tuhan. Dengan demikian keseimbangan alam tidak serta merta murka akibat sikap Egosentris yang jauh dari peradaban budaya ketimuran.
Keberlanjutan "Skala Prioritas Pembangunan" sebagai kompas perubahan ke arah yang lebih baik janganlah lagi dijadikan polesan pencitraan, sehingga tanpa di sadari kita telah membodohi diri sendiri dengan mengkamuflase keadaan.
Sudah saatnya lah rasa tanggung jawab serta amanah yang di emban berdasarkan atas dasar Ketuhanan, dengan demikian semua pelaksanaan tugas yang di emban akan tampak mudah dilaksanakan, sebab puja dan puji dari segelintir orang sesungguhnya adalah cobaan yang secara perlahan menggerogoti keimanan, sehingga tanpa di sadari nurani telah terbawa arus menuju kehancuran.
Konsistensi pada prinsip keberpihakan untuk masyarakat secara keseluruhan menjadi acuan paling utama sebagai pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan. Sehingga hal ini diperlukan Entitas yang sifatnya Absolute sebagai acuan kerangka kerja agar dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan.
Tanggung jawab Moral dan Spiritual menjadi kata kunci penting untuk para pemimpin dalam merubah keadaan, terlepas dari seluruh dinamika yang terjadi di lapangan, ada sebuah pegangan niat bahwa yang dilakukan adalah untuk kebaikan demi memperoleh keberkahan, sekalipun mungkin akan mendapatkan perlawanan dari mereka yang haus kekuasaan dan sarat akan kepentingan. Wallahu a'lam Bissawab...Â
Tembilahan, Rabu, 24/01/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H