Aktivis Muda Fitrah Maulana Guret Soroti Pilkada Ternate 2024:
pencitraan, dengan banyak janji-janji politik yang sekadar retorika. Dalam menyampaikan kritiknya, Fitrah mengacu pada pemikiran filsuf modern Indonesia, Francisco Budi Hardiman, tentang pentingnya politik yang autentik dan jauh dari manipulasi pencitraan."Menurut Budi Hardiman, politik seharusnya menjadi ruang untuk membentuk kebaikan bersama. Namun, yang kita lihat sekarang adalah politik sebagai sekadar panggung pencitraan, yang mereduksi nilai kebenaran demi popularitas dan kepentingan jangka pendek," ungkap Fitrah dalam sebuah diskusi dengan komunitas pemuda di Ternate.
Ternate, 12 November 2024 -- Aktivis muda Ternate, Fitrah Maulana Guret, melontarkan kritik tajam terhadap Pilkada 2024 yang dianggapnya tidak lebih dari panggungFitrah menjelaskan, dalam pandangan Budi Hardiman, politik modern sering kali terjebak dalam "politik citra" yang mengutamakan tampilan luar dan manipulasi kesan publik alih-alih kebijakan substantif yang mendukung rakyat. Pemuda yang memiliki harapan besar terhadap perubahan di Ternate, lanjut Fitrah, merasa dikhianati ketika janji-janji politik berubah menjadi sarana untuk mempertahankan kekuasaan semata, tanpa realisasi konkret yang membangun masyarakat.
"Budi Hardiman menekankan bahwa masyarakat harus kritis dan tidak boleh tertipu dengan citra-citra kosong. Sebagai generasi muda, kita harus menuntut kejujuran dari para calon pemimpin. Jika tidak, kita hanya akan berada dalam siklus pencitraan tanpa perubahan nyata," kata Fitrah.
Fitrah mengajak generasi muda untuk mendorong bentuk partisipasi politik yang lebih dalam dan reflektif. Baginya, mengikuti pemikiran Budi Hardiman, Pilkada seharusnya bukan sekadar momen memilih figur yang paling populer, tetapi memilih pemimpin yang memiliki visi untuk menciptakan perubahan riil. Dalam perspektif ini, generasi muda perlu bersikap lebih kritis terhadap politik pencitraan dengan tidak mudah percaya pada slogan-slogan kampanye yang hanya terdengar indah.
Fitrah menyarankan agar pemuda Ternate terlibat dalam diskusi-diskusi publik yang lebih reflektif dan kritis, serta membentuk kelompok pemantau untuk memastikan para kandidat memegang komitmen mereka. "Menurut Budi Hardiman, yang dibutuhkan adalah politik keterbukaan, di mana para pemimpin benar-benar menjelaskan apa yang akan mereka lakukan dan berani bertanggung jawab di hadapan rakyat. Ini penting agar politik tidak sekadar menjadi panggung retorika."
Sebagai penutup, Fitrah mengingatkan bahwa Pilkada kali ini harus menjadi ajang untuk memutus siklus politik pencitraan yang manipulatif. "Jika kita tidak menuntut kejujuran dan transparansi sekarang, maka kita hanya akan mengulangi kesalahan yang sama. Seperti yang dikatakan Budi Hardiman, politik harus kembali kepada esensinya -- menjadi ruang untuk kebenaran dan kebaikan, bukan ilusi atau kebohongan publik,".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H