Handphone berdering ketika aku sedang bersiap pulang dari kerja. Telepon dari istriku. Â
"Bang, di mana?"Â
"Di hatimu."Â
"Bang, aku serius. Cepat pulang. Rumah bocor parah. Ini bocornya sampai ke ruang tamu."Â
"Oh, oke, Â Neng. Aku pulang sekarang."Â
Saat itu hujan lebat mengguyur Surabaya. Â Bahkan banyak wali murid yang menjemput anaknya memilih berteduh di teras sekolah daripada langsung pulang. Menunggu hujan agak reda. Â Aku berlari menuju parkiran, mengambil jas hujan dari jok motor, memakainya lalu bergegas pulang.Â
 ***
 Memang, rumah kontrakan kami kali ini agak parah. Ada saja masalah yang membuat kami bete. Pada mulanya masalah air. Air PDAM di rumahku sulit sekali mengalir, meski sudah memakai mesin pompa.  Pernah dua hari  berturut-turut air tidak mengalir. Persediaan air bersih di rumah habis. Aku sampai kalut, karena butuh banget air bersih buat MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Berulang kali aku mengecek pompa air, mirip tukang servis, meski sebenarnya itu  cuma gaya-gayaan saja karena aku tak tahu apa-apa tentang pompa air. Biar terlihat sebagai lelaki berguna saja di depan istri. Jujur aku bingung ketika itu. Â
Nah, di saat bingung seperti itu, tiba-tiba tetangga tanya. Â
"Kenapa, Mas?"Â
"Gak punya air, Bu. Airnya gak ngalir. Ndak tau pompanya masalah  ini kayaknya."Â