Salah satu peninggalan kolonial Belanda di Banyuwangi adalah Bendungan Karangdoro. Bendungan Karangdoro terletak di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi. Bendungan ini di bangun pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, tepatnya pada tahun 1921.Â
Pembangunan bandungan ini dilaksanakan guna mengatur dan memanfaatkan aliran sungai Kalibaru. Fungsi bendungan pada masa itu juga digunakan sebagai tempat pariwisata dan preweding bagi orang-orang Belanda. Uniknya, di atas bendungan terdapat jembatan panjang yang digunakan sebagai penghubung antara Desa Karangdoro dan Desa Barurejo.Â
Bendungan Karangdoro adalah bangunan peninggalan Belanda yang pelaksana tekniknya menggunakan jasa pribumi, bernama Ir. Sutejo. Beliau berasal dari Jawa Tengah. Beliau merupakan ahli dalam bidang bangunan pengairan yang memiliki kemampuan tersebut secara otodidak.Â
Dalam proses pembangunan bendungan, banyak melibatkan pekerja kasar dari orang pribumi yang statusnya sebagai tahanan. Maksudnya, orang-orang pribumi yang ditahan oleh pemerintahan Belanda dimanfaatkan jasanya untuk bekerja dalam pembangunan bendungan ini. Orang pribumi ini didatangkan langsung dari Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua dan lain sebagainya.Â
Pada tanggal 1929 terjadi musibah bajir bandang mengakibatkan bagian-bagian dari bendungan mengalami kerusakan. Kemudian pada tahun 1935 dimulai pembangunan ulang untuk memperbaiki bagian-bagian yang rusak akibat banjir yang melanda. Bendungan ini secara resmi difungsikan pada tahun 1942 pada masa pendudukan Jepang.Â
Tidak jauh, dari lokasi bendungan, sekitar 200 meter terdapat bangunan yang menyerupai pos. Menurut  yang digunakan untuk menyimpan peralatan-peralatan dalam proses pembangunan bendungan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H