Kurangnya kontrol keamanan dapat membuat perusahaan rentan terhadap kebocoran data sensitif dan tersebar pada situs-situs seperti WikiLeaks.
Rilis WikiLeaks tentang komunikasi rahasia pemerintahAmerika adalah peringatan bagi perusahaan besarkhususnya keamanan TI di duniabahwa, “anda mungkin berikutnya”. Seperti yang dilaporkan Computerworld daninfoworld.
Para ahli komputer telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang ancaman kebocoran data atau informasi rahasia yang ditimbulkan oleh orang dalam (pekerja) yang tidak puas atau karena kebijakan keamanan yang buruk.Seperti metode yang dilakukan pada kebocorandokumen diplomatik AS.
Hal yang berisiko pada e-mail, dokumen, database dan website internal perusahaan perusahaan. Perusahaan membuat catatan dari setiap keputusan yang mereka buat, apakah itu tentang peluncurkan produk baru, target rencana akuisisi, menggagalkan saingan atau memungkinkan eksekutif untuk menjual saham maupun data strategis lainnya.
Meskipun teknologi telah memudahkan cara untuk membatasi data yang dapat diakses atau tidak disebuah perusahaan, namun banyak perusahaan yang lalai dan membiarkan pengaturan akses terlalu terbuka.Dan bahkan ketika teknologi keamanan sudah melakukan tugasnya, namun hal itu menjadi sia-sia jikaseseorang dengan akses yang sah memutuskan untuk melakukan niat jahat dan membuka data rahasia tersebut.
Kebocoran data dapat pula dilakukan oleh orang luar dengan melakukan penyusupan, namun bagaimanapun upaya tersebut hanya akan berhasil, ketika orang dalam membantu aksinya (social engineering). Jadi secanggih apapun teknologinya, manusia lah yang menjadi penentu atas keamanan dan kerahasiahan data tersebut.
Sources : computerworld, infoworld, theadvertiser
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H