Mohon tunggu...
Aldy Fitifaldy
Aldy Fitifaldy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

" better a friend care on you than a thousand tails on you "

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Metamorfosa: Clubber

24 Agustus 2010   18:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika aku mendengar dia telah berubah menjadi seorang santri, rasanya sulit aku percaya. Benarkah itu semua, atau hanya kepura-puraan yang selama ini selalu dia lakukan?

Aku coba buka halaman facebooknya, terlihat banyak perubahan pada foto-foto yang ditampilkan disana. Kini penampilannya lebih bersahaja,dengan balutan jilbab menutupi tubuhnya membuat dia terlihat lebih cantik dan berwibawa.

Masih tak percaya bagi aku, apakah yang membuat dia merubah keadaannya? Apakah benar dia telah menemukan jawaban, yang selama ini selalu dia cemoohkan? Entahlah, aku mencoba berbaik sangka walau aku masih tak percaya?

Beberapa hari kemudian, aku bertemu dengan teman-teman nongkrongnya. Aku tanyakan tentang kabarnya bagaimana. Mereka menceritakan, kalau dia sudah tak pernah bertemu dengan mereka, dan tak pernah lagi mengikuti acara-cara private party yang biasa diadakan teman-temannya. Bahkan kegiatan “hobbi” yang dulu tak pernah dia lewatkan setiap sabtu dan minggu malam, sudah tidak lagi dia lakukan.

Sungguh masih membuat aku tak habis pikir,aneh rasanya? Dulu begitu sulit untuk memisahkan dia dari teman-temannya ini dan dari kegiatan “hobbi” nya ber-clubbing, tapi koq sekarang bisa? Pertanyaan itu yang selalu hadir dalam pikiranku, saat aku melangkahkan kaki pergi meninggalkan teman-temannya yang sedang asik nongkrong di sebuah cafe.

Padahal dulu penyebab aku pergi menjauh dan akhirnya aku memilih tak lagi menghubungi dia, karena dia tak pernah mau mengikuti permintaan aku meninggalkan hobbinya itu.

Ah, mungkin Tuhan telah menunjukkan jalan yang baik buatnya, do'a yang dulu selalu aku panjatkan pada Tuhan. Do'a yang bisa aku lakukan ketika aku harus memilih diam dan menghindari pertengkaran yang tak berujung.

“Terima kasih Tuhan”, itu ucapku. Biarpun datangnya do'a itu terlambat disaat aku sudah tak lagi bersama dia. Tapi aku lebih tenang saat ini, dia telah hidup dengan pilihan hidup yang lebih baik. Dan aku bisa bahagia menyayangi dia dari jauh dengan do'a, yang akhirnya Tuhan menjawab do'a itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun