Mohon tunggu...
Fithri Suffi
Fithri Suffi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah salah satu hobi saya, sebagai bagian dari sebuah proses belajar. Dengan menulis, saya memiliki ruang untuk mengapresiasi apa yang saya lakukan, apa yang saya pikirkan, apa yang saya imajinasikan, apa yang saya pelajari dan apa yang saya inginkan. Menulis bagiku adalah seni dan dunia tanpa batas yang mampu membawa kita dalam berbagai keadaan seperti yang kita mau.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 - Coaching untuk Supervisi Akademik

18 Maret 2023   08:35 Diperbarui: 18 Maret 2023   08:36 10469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

b. Eksplorasi Konsep. Dalam kegiatan eksplorasi konsep terdapat banyak sekali   pengetahuan baru yang dibelajarkan. Pada tahap ini CGP dituntun untuk bereksplorasi secara mandiri dalam memahami konsep Coaching secara umum dan konsep Coaching dalam dunia pendidikan, memahami definisi Coaching dan perbedaannya dengan metode pengembangan diri lainnya, dan yang terakhir adalah tentang konsep Coaching dalam dunia pendidikan. Selain menyiapkan CGP sebagai pemimpin pembelajaran, program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan CGP untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah tidak akan terlepas dengan tugas supervisi akademik, yang bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. Kepala sekolah yang dapat menuntun  warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan, agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah Coaching, yang menurut Whitmore (2003) Coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Coaching adalah sebuah keterampilan yang perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan pendidik memiliki peran sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada, agar murid tidak kehilangan arah dan dapat menemukan kekuatan diri, tanpa membahayakan dirinya.

Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, merupakan semangat khusus untuk menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri yang ada pada murid. Paradigma Berpikir Among, menginformasikan 4 unsur tentang coaching, yaitu bahwa dalam proses coaching, coach dan coachee adalah mitra. Proses coaching membuka ruang emansipatif bagi coach dan coachee. Kegiatan coaching merupakan latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih. Terakhir, proses coaching merupakan ruang perjumpaan antara coach dan coachee dalam membangun rasa percaya dan kebebasan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menguatkan kekuatan diri coachee. Hal ini sesuai dengan paradigma berpikir coaching yaitu, fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.

International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee. Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan, dengan proses percakapan dua arah untuk memaksimalkan kompetensi inti coaching yaitu, kehadiran penuh/Presence, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, dan mendengarkan dengan RASA. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.

Selanjutnya dalam modul ini juga diperkenalkan acuan umum sebuah alur percakapan coaching yang dapat membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA, dimana T adalah Tujuan, merupakan langkah menanyakan tujuan perencanaan apa yang ingin dicapai dengan program pengembangan/kegiatan. I adalah langkah melakukan Identifikasi, yaitu kegiatan mengidentifikasi hal-hal yang harus disiapkan/dikembangkan. R adalah langkah menyusun Rencana, yaitu menemukan hal-hal apa yang bisa membantu keberhasilan dan dukungan yang diperlukan, serta apa saja yang akan dilakukan. Terakhir TA, yaitu tanggung jawab, yang merupakan langkah untuk membuat kesepakatan kapan akan melakukan sesi untuk refleksi/kalibrasi.

c. Ruang Kolaborasi. Ruang kolaborasi sesi diskusi dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan, dua kegiatan dilakukan secara virtual yang dilaksanakan pada tanggal   16 Maret 2023 untuk sesi latihan pelaksanaan kegiatan Coaching, dan pada tanggal 17 Maret 2023 untuk sesi praktik kegiatan Coaching yang dipandu oleh Bapak Ismiyanto, M.Pd, selaku Fasilitator CGP Angkatan 7 Kota Jambi. Dalam kegiatan ini terdapat tiga kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari dua orang. Kegiatan sesi praktik Coaching direkam oleh fasilitator untuk kemudian diunggah pada laman unggahan hasil praktik Coaching di laman ruang kolaborasi di LMS, yang merupakan kegiatan ketiga dari kegiatan ruang kolaborasi.

Setiap kelompok melakukan praktik Coaching secara bergantian dengan masalah yang berbeda. Selanjutnya setelah kegiatan praktik Coaching selesai, CGP diminta untuk menuliskan refleksi dari kegiatan praktik Coaching yang telah dilakukan, tentang apa saja yang sudah berjalan dengan baik selama percakapan, apa yang masih perlu diperbaiki/ditingkatkan, apa yang  dilakukan untuk tetap dalam kondisi presence (kehadiran penuh) sebelum dan saat melakukan Coaching, dan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki/meningkatkannya, serta umpan balik apa yang diberikan oleh Coachee yang menjadi pasangan, saat melakukan kegiatan praktik Coaching tersebut.  

d. Demonstrasi Kontektual. Pada kegiatan demonstrasi kontekstual untuk modul 2.3 CGP diminta untuk membuat sebuah video dalam melakukan praktik kegiatan Coaching yang dilakukan secara kolaborasi dalam kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang. Dimana satu orang akan menjadi Coach, satu orang berperan sebagai Coachee, dan satu orang lagi sebagai pengamat.

Sebelum melakukan percakapan Coaching, pengamat mengadakan percakapan dengan Coach mengenai kompetensi inti Coaching (presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot) yang akan dikembangkan. Kemudian Coach dan Coachee melakukan percakapan Coaching. Pengamat melakukan observasi terhadap proses percakapan Coaching dan mencatat hal-hal yang diamati.

Setelah kegiatan Coaching selesai, pengamat memberikan umpan balik berbasis Coaching kepada Coach berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai pengembangan kompetensi Coaching berdasarkan data sesuai hasil pengamatan.  Setelah putaran satu rangkaian praktik percakapan Coaching selesai, maka CGP berganti peran dan melakukan rangkaian percakapan Coaching putaran dua sampai putaran tiga. Video hasil kegiatan Coaching dalam kelompok, diunggah di LMS pada laman demonstrasi kontekstual dengan due date yang telah ditetapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun