Belakangan ini sudah marak terjadi kasus yang melibatkan pihak penyiaran, baik itu berupa ketidaksopanan, mengolok - olok hal yang dianggap ''SEPELE", mengumbar lekuk tubuh, gaya bahasa yang tidak mendidik, melakukan tindakan tidak senonoh, atau bahkan membuat acara lawakan yang bisa dikatakan sama sekali tidak memiliki makna yang mendidik.
TV atau televisi sebenarnya memiliki fungsi untuk mengantarkan fakta yang aktual tanpa membuat buat atau mengada-ada. akan tetapi parahnya media yang banyak diakses ini malah semakin menjadi-jadi dengan mempublikasikan kebodahan atau hiburan yang sebenarnya menjadi "pisau bermata dua" untuk generasi kita yang akan datang.
Dalam tayangan televisi dapat kita perhatian hanya memiliki empat inti acara yang ditampilkan, antara lain : Berita, Infotaiment, Sinetron dan Sinetron 'lagi'. Acara-acara lain hanya sebagai pelengkap layaknya 4 sehat 5 sempurna dalam memakan makanan, dalam hal ini yang dimakan atau lebih tepatnya yang diserap oleh masyarakat adalah hal-hal yang lebih merusak bukan menyempurnakan.
Namun pertanyaannya kenapa pihak penyiaran tetap menyiarkan hal tersebut ? Hal ini disebabkan para pemirsa dari tayangan tersebut lebih tinggi dari pada tayangan yang lebih bermutu. Salah kah mereka ? tidak.. kenapa saya katakan demikian, karena mereka butuh uang, munafik kalau anda tidak butuh uang, bahkan hal mulia layaknya sedekah juga membutuhkan uang. Nah dengan memiliki rating yang tinggi atau pemirsa yang banyak mereka memiliki keuntungan yang lebih banyak pula.
Sekarang yang menjadi pertanyaannya siapakah yang harus bertanggung jawab ? mereka yang mononton atau mereka yang menyiarkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H