Mohon tunggu...
FithAndriyani
FithAndriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Read and Write

Write your own history

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengamen Kecil dan Tutur Katanya

28 April 2016   19:16 Diperbarui: 3 Juni 2016   13:58 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika mendung menyelimuti daerah Dinoyo-Malang, saya dan beberapa teman mengisi perut yang lapar pasca kuliah di salah satu kedai mie ramen cabang UIN, tepatnya di belakang kampus. Sambil mengobrol panjang tentang ini dan itu, kami melahap ramen kami sembari menunggu pesanan minum kami datang. 

Tiba-tiba teman sebelah saya terjengit kaget mendapati pinggangnya ditusuk jari dari dua arah. Seorang bocah laki-laki dengan gigi 'ompong' memposisikan tubuhnya di antara teman saya dan saya yang tengah menikmati suapan terakhir mie ramen. Rupanya bocah itu meminta uang, dengan entah ayah atau kakak laki-lakinya menyanyi di pintu masuk sana. 

Melihat gelagat teman saya yang hampir mengaduk isi tasnya, bocah itu berkata "Minta uang kertas!" 

Sontak kami saling berpandangan, mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir kecil bocah berusia kira-kira empat tahunan itu. 

Dari mana bocah sekecil itu mendapat kalimat sedemikian diluar nalar untuk anak seusianya? Orang tuanyakah? Saudaranya? Teman sepermainannya? 

Pembentukan karakter anak memang selayaknya dimulai sejak dini. Melihat fenomena janggal di atas, kami sedikit berdiskusi, bagaimana jika anak seusia kurang lima tahun melontarkan kata-kata yang tak selayaknya ia ucapkan? Siapakah kira-kira dalang di balik sikap anak macam anak di atas?

Anak usia dibawah lima tahun tentu saja masih berada di bawah pengawasan orang tua. Pengawasan disini termasuk pemberian pendidikan yang baik dan pembentukan karakter. Anak-anak memiliki sifat alami, jernih dan fleksibel. Anak akan mudah diberi tahu serta menyesuaikan informasi lama dengan informasi baru (asimilasi-akomodasi). Dengan ini, anak menangkap apa yang ia terima dari perlakuan dan percontohan orang di sekitarnya, terutama orang yang dirasanya idola dan tempat menyandarkan segala kenyamanannya, tanda kutip orang tua. 

Teman memang bisa saja mempengaruhi kepribadian anak, akan tetapi orang tua lebih memiliki andil dalam pembentukan dasar karakter anak yang sampai kapanpun akan ia ingat dan melekat secara spontanitas. 

Semoga, kasus pengamen kecil di atas menjadi pelajaran bagi para pembaca akan pentingnya mengajari dan memberi teladan yang baik, baik berupa tingkah laku, sikap dan tutur kata. Anak-anak kecil di sekitar kita lah kelak yang akan menjadi penerus bangsa Indonesia yang terkenal tutur katanya sampai ke manca negara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun