Kota Banyuwangi merupakan kota paling ujung dari Pulau Jawa. Kota Banyuwangi awalnya adalah bagian dari Kerajaan Majapahit namun karenenya adanya perang saudara Banyuwangi mendirikan sendiri Kerajaan Blambangan. Kota Banyuwangi modern dijuluki sebagai kota Gandrung sebagai ikon kota. Pada awal tahun 2000-an Banyuwangi merupakan kota miskin akibat dari krisis ekonomi tahun 1998.Â
Namun semenjak di pimpim oleh bupati Azwar Anas Banyuwangi mulai menunjukkan eksistensinya dibidang pariwisata. Pak Anas telah mengubah citra Banyuwangi yang awalnya dikenal sebagai kota santet menjadi kota dengan berbagai macam festival.
Pada tahun 2010-2020 di era kepemimpinan Abdullah Azwar Anas Banyuwangi bertrasnformasi menjadi kota yang kreatif. Keindahan dan kekayaan alam Banyuwangi sepatutnya dieksplor dan dikembangkan. Sangat disayangkan jika keindahan alam Banyuwangi dilewatkan begitu saja tanpa dikenal dunia luar. Triangle of Diamond merupakan wisata yang tak boleh terlewatkan. Wisata tersebut merupakan Kawah Ijen, Pantai Sukomade, dan G-Land (Pantai Plengkung). Di juluki Triangle of Diamond karena jika ditarik garis lurus akan membentuk segitiga yang mengelilingi Banyuwangi.Â
Kawah Ijen merupakan salah satu kawah yang memiliki api biru yang ada didunia. Pantai Sukomade merupakan kawasan hutan konservasi dari berbagai ribuan penyu yang sedang dikembangbiakkan. G-Land dengan pantai yang memiliki ombak tertinggi kedua di dunia, pantai ini sering digunakan sebagai tempat berselancar kelas dunia.Â
Banyuwangi tidak hanya menawarkan wisata alam yang indah, tetapi juga festival yang tiap tahun diadakan. Ada berbagai macam festival yang menarik untuk di kunjungi tiap tahunnya. Dengan berbagai macam festival ini, kini Banyuwangi disebut sebagai kota festival.Â
Tour de Ijen merupkan festival balap sepeda tingkat internasional yang diikuti dari berbagai negara dan benua. Lomba ini diadakan dengan menyusuri ratusan kilometer setiap sudut kota Banyuwangi. Festival ini sudah menjadi agenda rutin tiap tahun yang diadakan pemerintah Banyuwangi. Selain itu, Festival Gandrung Sewu sebagai festival unggulan Banyuwangi, selain sebagai ikon kota, gandrung juga dibuatkan festival sebagai sarana promosi kabupaten, festival ini juga rutin dilaksanakan tiap tahun di Pantai Marina Boom Banyuwangi.Â
Selain festival tersebut, Banyuwangi juga mengadakan festival yang mengangkat kebudayaan lokal, seperti kebo-keboan, festival ini sekaligus tradisi pada bulan Muharam sebagai bentuk syukur dan pengharapan hujan bagi masyarakat desa Aliyan dan Alasmalang. Festival seblang tarian berunsur magis yang rutin diadakan tiap 3 Syawal yang diyakini sebagai bersih desa dilaksanakan di desa Bakungan dan Olehsari Kecamatan Glagah.
Beragam festival inilah yang menarik perhatian masyarakat luar untuk berkunjung ke Banyuwangi. Festival ini juga sebagai bentuk peningkatan perekonomian daerah, semakin banyak wisatawan yang berkunjung akan terjadi peningkatan pemasukan daerah. Inilah yang diupayakan oleh Pak Anas agar Banyuwangi terus maju dan berkembang.Â
Inovasi dan kolaborasi merupakan kunci utama Banyuwangi bisa berkembang hingga saat ini. Beragam inovasi di lakukan sepanjang tahun 2018 seperti smart kampung. Program peningktan kualitas pelayanan di setiap desa dengan pendekatan IT dan berbagai pelayanan publik lain.Â
Kolaborasi juga di lakukan sebagai upaya peningktan kualitas daerah seperti program Go-Jek dengan program antar obat untuk warga miskin. Dalam bidang pendidikan juga tak kalah menjadi perhatian pemerintah daerah, kolaborasi dengan Ruang Guru untuk pelajar di desa.
Upaya pemerintah Banyuwangi dalam mengentaskan kemiskinan dilakukan dengan berbagai cara. Upaya-upaya tersebut adalah Siswa Asuh Sebaya (SAS), Banyuwangi Cerdas, dan gerakan pemberantasan buta aksara. Upaya ini dilakukan untuk penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.Â