Mohon tunggu...
Fiska Paragita
Fiska Paragita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Currently studying communication studies at Universitas Negeri Jakarta. I love all things related to classics (movies and books).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gagalnya Feminisme yang Terlihat dalam Reaksi Publik terhadap Kasus Johnny Depp Vs Amber Heard

29 September 2022   22:37 Diperbarui: 30 September 2022   09:50 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengadilan kasus Johnny Depp dan Amber Heard telah berlangsung selama enam minggu. Dalam enam minggu tersebut, pengadilan kasus tersebut ditayangkan secara live di Youtube sehingga para penonton dan publik bisa menilai dan menonton kasus tersebut secara langsung. Tetapi dengan ditelevisikannya kasus ini, kegagalan dalam feminisme pun mulai terlihat dari respon dan ocehan public yang diutarkan kepada Amber Heard.

Pada Januari 2019, Johnny Depp menggugat Amber Heard atas nama pencemaran nama baik. Pada Desember 2018, Amber Heard menulis op-ed (Opini editorial) yang dipublikasikan pada The Washington Post. Pada opini editorial yang dituliskan oleh Amber Heard, ia menceritakan bahwa dua tahun yang lalu ia menjadi publik figur yang menceritakan mengenai kekerasan dan sejak itu ia selalu merasakan kemurkaan publik kepadanya dan ia terancam akan kehilangan pekerjaannya.

Selama enam minggu, Amber Heard memperjuangkan keadilannya dengan memberikan banyak bukti bahwa Johnny Depp telah melakukan kekerasan kepadanya. Mulai dari video yang ia rekam secara diam -- diam, dalam video tersebut terlihat Johnny Depp yang sepertinya sedang mabuk dan membanting lemari kacanya dan pada saat Johnny menemukan bahwa Amber sedang diam -- diam merekamnya ia pun langsung marah dan membuang alat rekamnya ke tempat sampah. Eksistensi dari video tersebut tidak terlalu kuat untuk membangun opini bahwa Johnny Depp merupakan seorang yang abusive. Selain video, teks -- teks pesan Johnny Depp kepada teman aktornya yang sedang mendiskusikan mengenai Amber. Di dalam percakapan antara Johnny dan temannya, Johnny berfantasi untuk melakukan hal -- hal yang sangat tidak layak kepada Amber. Pada teks lainnya Johnny juga mengatakan hal -- hal yang tidak wajar yang direferensikan kepada Amber. Publik yang menonton kasus mereka melalui media secara live tidak menemukan masalah dari kata -- kata yang mengandung misogonis yang dilontarkan Johnny kepada Amber. Para publik (yang kebanyakan dari mereka adalah penggemar Johnny Depp) sudah terjebak dalam fantasi dan delusi mereka bahwa Johnny adalah orang suci yang tidak akan melukai siapapun, bahkan serangga kecil. Jika seseorang yang kita idolai melakukan kesalahan, tidak apa -- apa untuk kita mengakui bahwa ia salah karena sesungguhnya tidak ada seorang yang sempurna di dunia ini.

Feminisme yang sudah lama mendekati puncak kegagalanya mulai terlihat dalam kasus Johnny Depp dan Amber Heard. Banyak penggemar -- penggemar Johnny Depp yang melontarkan kata -- kata tak senonoh kepada Amber dan tidak sedikit juga yang mengancam kenyamanan Amber Heard. Tidak sedikit juga yang tidak mempercayai cerita mengenai kekerasan yang dialami oleh seseorang, mereka akan menganggap orang -- orang yang sudah berani menceritakan mengenai cerita KDRT nya sebagai Amber Heard yang bohong mengenai ceritanya (walaupun Amber tidak bohong mengenai ceritanya). Dampak dari ketidapercayaan orang terhadap korban kekerasan bisa membuat mental korban jatuh. Korban kekerasan seringkali tidak menceritakan mengenai kekerasan nya karena korban takut orang -- orang tidak mempercayainya, para korban takut jika orang -- orang akan beranggapan bahwa para korban yang telah memancing para pelaku untuk melakukan kekerasan (kekerasan yang mereka hadapi bisa berupa kekerasan seksual, mental dan fisik). Para korban juga takut bahwa orang -- orang akan menanggapi ceritanya dengan "kenapa tidak cerita dari dulu? Mengapa baru diceritakan sekarang?" padahal, butuh beberapa waktu untuk korban memberanikan diri mereka untuk menceritakan cerita mereka.

Di persidangan, Amber menceritakan kisahnya pada saat ia sedang dilecehkan oleh Johnny sambal menangis, para publik merespon ceritanya dan ekspresi tangisannya dengan kasar. Di sosial media, terutama twitter publik merespon cerita Amber dengan membuat meme -- meme senonoh mengenai ceritanya. Sebagian dari orang -- orang yang mengejek Amber mengaku bahwa mereka adalah korban dari kekerasan juga dan dari cara mereka yang tidak mempunyai simpati terhadap Amber (sesama korban) merupakan salah satu upaya misogonistik. Camille Vasquez, salah satu dari dua pengacara yang mewakili Johnny Depp di persidangan menanggapi cerita Amber dengan respon yang keji, ia mengatakan bahwa "diantara Miss. Heard dilecehkan atau dia hanya berbohong di persidangan, dan jika benar ia berbohong mengenai pelecehan tersebut, apa yang tidak akan dia bohongi?" apakah sepantasnya seorang wanita menanggapi sebuah cerita mengenai kekerasan yang dialami oleh seorang wanita lainnya?. Para publik pun menganggap bahwa Camille merupakan sebuah figur feminis karena jawaban misogonisnya kepada Amber Heard.

Walaupun sebelumnya Amber Heard telah menang dalam pengadilan yang diadakan di UK dan Johnny Depp telah terbukti melakukan 12 dari 14 tuduhan kekerasan yang diajukan oleh Amber Heard, publik masih menganggap Amber Heard sebagai pembohong. Hal ini terbukti bahwa kita sudah berada di puncak terakhir dalam kegagalan feminisme dan konsep feminisme juga perlahan kembali lagi seperti tahun 1880an, dimana kaum perempuan masih dianggap sebagai 'penyihir' oleh para lelaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun