Dalam rangka memeriahkan  kelahiran  Nabi Muhammad SAW  yang akan dilaksanakan  sesuai adat dan budaya masyarakat, para penggiat dan pemerhati  budaya, khususnya yang tergabung  dalam lembaga Badik Celebes menyelenggarakan berbagai kegiatan salah satunya adalah Seminar Kebudayaan. Acara berlangsung pada  (27/9)  lalu di  Istana  Balla Lompa Maros. Kegiatan Maulid terbingkai dalam tema  Maudu  'Ada' Kalabbiranga  Ri Marusu.
Salah seorang dosen Fisip dari Prodi Ilmu Komunikasi Anil Hukma S.Sos, M.I.Kom menjadi salah satu narasumber di seminar kebudayaan, bersama dengan para narasumber lainnya. Bertempat di pelataran Balla Lompoa Kerajaan Marusu di Kassikebo kabupaten Maros. Seminar  berjalan sesuai sesinya dengan dipanel. Adapun materi yang dibawakan berjudul Tradisi, La Galigo dan Konfigurasi Komunikasi antar Budaya di Era Digital
Dalam pemaparannya Ani Hukma menekankan  pentingnya melestarikan tradisi yang menjadi ciri khusus dari etnik dan suku yang ada. Selain itu tradisi akan menjadi  jejak peradaban dari sebuah bangsa. "Kita patut berbangga karena diantara beberapa bangunan Balla Lompoa yang ada di Sulawesi Selatan, Kerajaan Marusu ini masih menyimpan regalia kerajaan yang  cukup banyak. Hampir 300 ratusan alat dan perangkat adat masih tetap difungsikan dalam kegiatan budaya sampai saat ini," ujar Anil.
Khusus tentang karya La Galigo, Anil Hukma yang juga seorang budayawan ini mengatakan, sebagai orang Sulsel dan Indonesia umumnya, harus berbangga memiliki naskah La Galigo yang menandakan bahwa tradisi dan budaya kita sangat kaya dengan tradisi tulis. Dengan nuansa imajinasi yang begitu luas. Wilayah mikrokosmos dan makrokosmos tergambar sangat jelas  dalam  La Galigo dengan menyatukan tiga dunia sekaligus, yakni dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Sementara kita di era kekinian hanya bergelayut di dunia tengah (Bumi) saja. Selain itu, dalam naskah La Galigo yang merupakan rangkuman tradisi dari masa lampau namun sampai kini masih menjadi mata air kebudayaan Sulsel, dengan masih banyak jejak budaya yang masih hidup hingga saat ini.
Untuk itu, meskipun posisi tradisi mengalami pergulatan eksistensi, kita sebagai pelaku budaya tetap harus senantiasa menghidupkannya dengan membuat kegiatan budaya. Disinilah konfigurasi komunikasi antar budaya diperlukan agar semua bisa berjalan dengan baik. Globalisasi menawarkan keragaman tetapi justru yang khas-khas dari tradisi dan budaya  yang akan dicari di masa depan.
Seminar kebudayaan berlangsung cukup alot dengan banyak penanggap, namun karena waktu berangsur sore kegiatan diakhir dengan testimoni dari Karaeng Marusu. Khusus kepada Anil Hukma diberikan piagam oleh  Pemangku Kerajaan Adat Marusu Abdul Waris Tadjuddin Karaeng Sioja. Bagi Anil sebagai akademisi, kegiatan seminar ini juga menjadi rangkaian Pengabdian Masyarakat khususnya untuk sosialisasi komunikasi antar budaya di era digital.
Ditambahkan oleh  Dr. Rahma Fitriana, M.Si yang juga hadir dalam seminar mengatakan bahwa kegiatan seperti ini senantiasa harus digagas dan disambut positif karena menjadi bagian dari usaha pengenalan tradisi  dan budaya leluhur kepada masyarakat khususnya generasi muda. "Keinginan  untuk terlibat dan merasa memiliki budayanya harus muncul pada kesadaran kaum muda." ujarnya   Â
Maudu Ada ri Marusu ini  telah menjadi agenda tahunan yang melibatkan masyarakat adat dan  pemda kabupaten Maros serta berbagai organisasi masyarakat dan kepemudaan. Adapun  rangkaian yang menyertai diantaranya hikmah Maulid, pentas seni, kirab budaya, zikir barzanji dan pameran benda pusaka. (Fisip)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H