Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Meredakan Gangguan Kecemasan dengan Terapi Menulis

13 Januari 2025   14:41 Diperbarui: 13 Januari 2025   14:48 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https:// www.unsplash.com

Ganggan kecemasan sering terjadi pada orang dewasa. Tuntutan dan gambar diri yang buruk dapat menjadi faktor penyumbang kecemasan itu sendiri. Semakin dewasa setiap orang akan mengalami pembebanan pada pikirannya. Pembebanan tersebut disebabkan oleh tuntutan tugas/pekerjaan, ketidakpastian karir/masa depan, keinginan untuk selalu lebih, ketakutan menghadapi suatu permasalahan, dan sebagainya.

Kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan mental. Seseorang akan mengalami gangguan tidur dan konsentrasi. Bila sudah sulit tidur maka kita akan merasakan pusing atau sakit kepala dan sulit berpikir. Selain itu kecemasan juga dapat mengakibatkan stress. Stress dapat membuat tubuh mudah spasme yang ditandai dengan ketegangan dan kekakuan otot-otot leher dan pundak atas. Stress dapat meningkatkan kerja hormon kortisol yang ditandai dengan peningkatan denyut jantung dan sekresi keringat. Cemas dan stress tentu berkaitan erat. Gangguan berpikir ini mampu membuat seseorang merasa sulit berpikir dengan baik. 

Pada penelitian Syah (2023) mengungkapkan bahwa terapi menulis ekspresif dapat menurunkan level gangguan kecemasan pada remaja korban perundungan baik di sekolah maupun kampus. Korban perundungan sebagai subjek penelitian diberikan kesempatan untuk mencurahkan segala perasaannya lewat tulisan. Tulisan ekspresif ini mampu meluapkan pikiran dan perasaan para subjek yang menurunkan rasa cemas dan ketakutannya akibat trauma perundungan.

Penelitian Sohal, dkk ( 2022) mengenai efektivitas journaling dalam manajemen gangguan kesehatan mental terbukti mampu menurunkan sejumlah gangguan mental mulai dari anxiety disordes (gangguan kecemasan), PTSD, depresi, dan gangguan kombinasi. Menulis jurnal dalam terapi non-farmakologi memiliki dua metode yaitu menulis ekspresif dan gratitude journaling. Teknik menulis ekspresif dalam jurnaling dilakukan 3-4 sesi mengenai pikiran dan perasaan terdalam yant dirasakan. Sedangkan teknik gratitute journaling yaitu menulis diari mengenai rasa syukur dan atensi berfokus pada aspek positif seseorang dalam hidup ini. 

Penelitian ini menganalisis penelitian-penelitian manfaat journaling dalam manajemen gangguan kesehatan mental. Dari 20 studi penelitian yang dilakukan analisis data ditemukan bahwa gangguan depresi dapat berkurang dengan journaling lebih dari 30 hari, dimana hal ini menyimpulkan bahwa jurnaling yang dilakukan dalam waktu lama mampu meredakan depresi. Sedangkan gangguan kecemasan juga menurun setelah intervensi menulis jurnal yang dilakukan dengan intens. 

Berdasarkan dua penelitian diatas, disimpulkan bahwa menulis dapat menjadi metode intervensi gangguan kecemasan. Saat menulis otak depan yaitu frontal cortex bekerja secara aktif. Otak dipaksa untuk berpikir dan mengasosiasikan informasi yang hendak disampaikan dalam bentuk tulisan. Pada saat menulis, bagian otak yaitu area broca (pusat bahasa) dan hippocampus (memori) bekerja sama dengan area prefrontral cortex untuk menerjemahkan pembahasaan dari area broca dan memori dari hipocampus dalam tulisan. Saat menulis, informasi dari pikiran yang ada di otak dikoneksikan melalui sinaps-sinaps sehingga menghasilkan suatu tulisan dari apa yang dipikirkan. 

Menulis memiliki berbagai manfaat positif seperti meningkatkan kemampuan berpikir, membantu mencurahkan emosi dan perasaan, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Menulis sebagai metode terbaik dari pengobatan segala bentuk gangguan kesehatan mental. Seseorang yang merasa terbebani dengan pikirannya sendiri dapat berpikir pendek dan sulit mengontrol emosinya. Selanjutnya, mereka mudah mengalami depresi karena tekanan yang dirasakannya dan pikiran buruk yang memengaruhi cara berpikirnya. Maka dari itu, kita sering mendengar bahwa publik figur mengakhiri hidupnya karena berbagai tekanan yang dirasakannya. 

Perasaan dan pikiran yang buruk dapat direduksi secara perlahan dengan terapi curahan emosi dengan mencurahkan perasaan kepada orang terdekat dan berkonsultasi dengan psikiater. Namun, biasanya hal ini masih belum mampu mengurangi kekhawatiran yang terus bersarang di pikiran. Oleh karena itu, metode menulis ekspresif dinilai mampu membantu orang dengan gangguan kecemasan dan depresi. Kebiasaan untuk menulis yang dilalukan setiap hari dimana mereka dapat menuliskan hal-hal positif dan rasa syukur dalam hidup atau mencurahkan segala pikiran dan perasaan yang saat ini dirasakannya. 

Metode menulis yang sering disebut dengan terapi journaling banyak digunakan dalam solusi menyembuhkan mental illness. Terapi non farmakologi ini dinilai sangat efektif dan efisien. Menulis mampu meningkatkan suasana hati dan melepaskan emosi negatif.

Seseorang dengan gangguan kecemasan yang menuangkan segala perasaannya dalam bentuk tulisan dapat merasakan perasaan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan dua penelitian diatas. Teknik menulis ekspresif membantu mereka menghadapi diri sendiri dengan menuangkan tekanan pikiran yang bersarang di otaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun