Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa yang Terjadi Ketika Stress

3 Desember 2024   14:23 Diperbarui: 3 Desember 2024   14:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https:/www.unsplash.com

Stress berkolerasi dengan hormon kortisol. Saat stress, bagian otak yaitu hipotalamus merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon kortisol. Pelepasan kortisol akan meningkatkan kadar glukosa tubuh yang membantu pergerakan glukagon dari pankreas dan juga meningkatkan metabolisme pembentukan glukosa dari bahan non kabohidrat seperti lemak dan protein. 

Saat stress, terjadi peningkatan laju metabolisme sehingga dibutuhkan bahan bakar pembentuk energi dari glukosa. Untuk membantu penyediaan glukosa yang cukup bagi peningkatan laju metabolisme yang tinggi karena stimulus stress, maka diperlukan kerja dari homon kortisol. Kortisol juga berperan dalam menyeimbangkan keseimbangan tekanan darah dan berperan dalam pemeliharaan tekanan darah. 

Saat tubuh mengalami stress, maka akan terjadi peningkatan tekanan darah, ritme pernapasan, dan  detak jantung. Faktor penyebab stress dapat berasal dari internal maupun eksternal. Penyebab stress internal yang diakibatkan oleh pikiran-pikiran negatif, kecemasan, kegelisahan, atau kekhawatiran. Sedangkan stress eksternal diakibatkan oleh beban kerja, beban tugas, perubahan cuaca, yang berhubungan dengan segala sesuatu yang terjadi di luar kendali.  

Stress yang masih wajar atau alami seperti gugup saat akan presentasi/ berbicara di depan umum, mendapatkan tugas yang mendekati waktu deadline, dan sebagainya. Stress yang masih wajar ini terkadang menjadi momok bagi banyak orang. Biasanya, stress yang wajar dapat berkembang menjadi stress yang buruk, jika individu tersebut tidak mampu mengendalikan diri/ manajemen coping stress yang bermasalah. 

Saat individu tidak mampu mengendalikan stress pada dirinya, maka ia memerlukan bantuan profesional. Ketidakmampuan individu memanajemen stress dapat disebabkan oleh pengaruh stress yang dialaminya saat ibu mengandung. Ibu yang mengandung dalam keadaan stress memengaruhi kesehatan mental anak dalam kandungannya. Maka dari itu, banyak individu mengalami kerentanan coping stress yang rendah, karena ketidakmampuan tubuhnya dalam melawan stress.

Saat kita mengalami stress, pelepasan hormon kortisol membantu menyeimbangkan laju metabolisme terutama glukosa dan tekanan darah. StreS yang kita alami tidak sepenuynya merupakan stress yang buruk, oleh karena itu, berusahalah untuk mampu mengendalikan diri saat pikiran yang menyebabkan kegelisahan muncul. Alihkan diri dengan sibuk berkegiatan dan berolahraga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun