Tingginya standar pria di mata wanita menjadikan banyak kesempatan bagi si wanita untuk mendapatkan pria yang tepat itu terlewatkan begitu saja. Bagi kebanyakan wanita usia 25-an dan 30-an, pria mapan lebih penting daripada hanya sekadar ketampanan wajah. Pada era 90-an, bagi remaja wanita, pria tampan dan punya motor merupakan standar pacar yang diidamkan daripada pria pintar dengan tampang biasa saja.Â
Pada era digital ini, bagi wanita, pria yang punya mobil, rumah, dan berpenampilan branded menjadi standar untuk dijadikan suami. Standar ini biasanya lebih banyak ditentukan oleh wanita pada usia 20an hingga 30an, nah begitu si wanita mencapai usia 35 tahun ke atas, dimana begitu banyak pria terlewatkan karena ia terlalu sibuk memasang standar mapannya pria, sehingga pria yang manipulatif pun mulai bermunculan.Â
Kehidupan cinta yang sempurna hanya ada di serial drama tv saja. Pada kenyataannya, cinta dalam pernikahan mengalami begitu banyak permasalahan. Hanya kedewasaan antar pasangan yang mampu menjaga keutuhan dari pernikahan.Â
Rasa bosan, jenuh, dan kesepian dalam pernikahan lumrah dialami dalam pernikahan lintas generasi. Seringnya melihat orang yang sama setiap hari mulai dari tidur hingga bangun tidur lagi, beraktivitas, dan pergi kemanapun dengan orang yang sama. Tentu saja setiap pasangan pasti akan mengalami fase kebosanan, dimana pada awal pernikahan begitu banyak cerita yang dapat dibagikan satu sama lain, namun seiring dengan setiap saat bersama, sekadar bicara saja sudah tidak ada topik yang menarik untuk dibahas.Â
Maka, kesepian dalam pernikahan itu selalu ada. Baik dari generasi nenek moyang kita dulu hingga generasi digital saat ini. Hanya saja, dahulu pemberitaan mengenai kehidupan pernikahan jarang dibahas karena media yang ada dulu hanya televisi dan media cetak. Saat ini, siapa saja dapat membagikan kisah rumah tangganya di media sosial. Maka, segala bentuk perasaan dalam pernikahan pun bisa kita temukan dalam berbagai unggahan yang dibagikan di media sosial.Â
Keterbukaan kehidupan antar manusia saat ini memang sangat lebar. Masalah kesehatan mental lebih menjadi topik yang banyak dibahas dalam kehidupan pernikahan pada era digital ini. Mengapa demikian? Manusia mahkluk yang memiliki perasaan dan pikiran, dimana hubungan antar manusia akan saling memengaruhi akal sehat. Menghadapi pasangan yang berbeda karakter dengan kita bukanlah hal yang mudah. Karakter yang pendiam paling sulit dihadapi. Biasanya pasangan pendiam akan menciptakan kebisuan dalam rumah tangga.Â
Karakter pria lebih cenderung pendiam dibandingkan wanita. Namun mereka lebih butuh dimengerti. Sedangkan wanita membutuhkan perhatian. Wanita lebih banyak berbicara sedangkan pria dituntut untuk mendengarkan si wanita.Â
Saat si pria berbicara, wanita diminta untuk mengerti tanpa perlu mengomentari atau memberikan solusi. Sedangkan ketika wanita berbicara pun sebenarnya sama, wanita hanya ingin didengarkan. Tetapi biasanya saat pasangan kita membicarakan masalahnya, kita malah memberikan solusi dan saran untuknya, bahkan cenderung mengomentari dengan terburu-buru, atau menyalahkannya. Inilah yang membuat satu sama lain lebih baik memilih diam saja, menyimpan begitu banyak cerita dan masalah, dan lebih nyaman membagikannya dengan teman.Â
Saat ini orang-orang cenderung lebih banyak berinteraksi dengan handphone. Suami atau istri lebih banyak menatap handphone daripada harus berbicara dengan pasangannya. Mereka mencari hiburan dengan media sosial sampai lupa untuk berinteraksi dengan pasangannya. Masing-masing sibuk dengan handphone, padahal duduk atau berbaring bersebelahan. Bahkan saat makan saja sibuk dengan handphone. Beginilah kehidupan saat ini. Tidak banyak kata yang keluar, satu sama lain sangat kesepian, kesepian itu diisi dengan mencari hiburan dari media sosial, menonton serial drama, dan curhat dengan teman-teman.Â
Bosan dan jenuh satu sama lain juga dapat menciptakan rasa sepi dalam pernikahan. Berbicara satu sama lain juga sudah menjadi kesukaran. Kesibukan bekerja satu sama lain juga dapat mengurangi interaksi fisik dan komunikasi. Bahkan berkirim pesan dengan handphone kepada pasangan saja sudah jarang dilakukan. Suasana hangat dan harmonis yang berubah setelah menikah biasanya dipengaruhi oleh karakter asli pasangan. Bisa saja baik istri atau suami sifat aslinya pendiam, manipulatif, egois, atau cuek.Â
Biasanya karakter seperti ini sulit dihadapi. Bagi mereka pernikahan hanyalah sebuah wadah untuk menciptakan keturunannya. Sedangkan hubungan emosional dengan pasangan sudah tidak penting lagi. Kesibukan pekerjaan seolah menutupi segala hal yang terjadi dalam rumah tangga.Â