Mengelola kelas adalah bagian utama dari skenario seorang guru untuk “menguasai” audiens yakni siswa atau pendengar. Seni yang satu ini sukar-sukar mudah, namun jika kita meramunya dengan tepat maka dipastikan audiens yang kita hadapi akan mendapatkan suguhan pelajaran yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup dan tentu saja guru tersebut akan dinanti-nanti kehadirannya di kelas.
Sebelum belajar dalam kelas fisika ini, saya membiasakan para siswa menerima “pengosongan” atau “manajemen otak” melalui berdoa. Dulu saya menuliskan doa sebelum belajar yang dibawakan secara bersama-sama. Setelah cukup lama periode tersebut berlalu, saya mencoba yang baru namun kali ini dalam keheningan yang khusyuk dan hikmat sambil memperdengarkan alunan instrumentalia You’re Raise Me Up (dipopulerkan oleh Josh Groban).
Melalui alunan lagi ini, siswa saya ajak menghantarkan semangatnya untuk belajar melalui syair-syair yang ditayangkan pada alunan presentasi. Secara tidak langsung inilah kesempatan kepada siswa untuk menyerap seluruh daya upaya kedalaman sanubarinya dan memantik kilas balik pengalamannya sembari membiarkan nada-nada musik ini “merasuk” melalui indra pendengarannya berbasis pengeras suara bertenaga USB yang saya bawa khusus dari rumah.
Seringkali saya pun meneteskan airmata sambil mendengarkan alunan lagu ini di awal bahkan di akhir pelajaran, sambil mengingat keseluruhan pengalaman (experiences) yang saya tempuh hingga berada dalam ruang belajar tersebut. Waktu lima menit bisa terasa sangat kurang untuk merenung dan membuka pelajaran serta menutup pelajaran sebagai klimaks “pertunjukan mengajar”.
Awalnya siswa-siswa terheran-heran, kadang pula terdengar cekikikan walau dengan suara yang rinai samar-samar, dalam keheningan di antara jeda dan sela tarikan saxsofone Kenny G, Perlahan-perlahan merambat memasuki hari ketiga mengawali belajar dengan pendekatan instrumentalia ini, siswa-siswa saya menjadi lebih “siap” menerima kegiatan belajar yang akan mereka tempuh kadang-kadang memasrahkan diri untuk didera bahan ajar yang rumit.
Akhirnya sepanjang hari dalam waktu 2 x 45 menit bahkan hingga 3 jam pelajaran yang paling berbeban, kami bersama sanggup melewatinya tanpa harus melirik ke arah jam dinding bahkan tak jarang para siswa ini enggan beranjak hingga tidak berkedip dengan apa yang saya sampaikan, kadang-kadang harus saya duluan memberi kode bahwa pelajaran fisika sudah usai dan saatnya untuk mereka rehat bahkan pulang sekolah.
Sepanjang yang sudah kami lalui dengan berbagai metode pengawalan belajar yang berviariasi, ternyata model sederhana instrumentalia membuat siswa bisa mengeluarkan atensi penuh akhirnya ultimate focus yang mereka tunjukkan.
ide awalnya ada di blog ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H