Mohon tunggu...
Rudy Hilkya
Rudy Hilkya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mengisi secara rutin Blog Guru Fisika Fisikarudy Blognya Guru, juga Blog Rudy Hilkya konyol, norak, udik, kampungan, seabrek sebutan untuk orang marginal, ngga suka melawak, tapi orang lain yang mendengarnya (mungkin akan) tertawa, memberikan deskripsi pandangan mata yang terhalang bulmat di sekelilingnya. Motto : tulisan saya hanyalah sampah dan penghargaan yang didapatnya bisa jadi hanya kebetulan. Kalo ngga menulis cuma omong doang ngga berguna !\r\nberkiprah di SMAN-2 Palangka Raya, menamatkan S1 Universitas Palangka Raya 1999 jurusan Pendidikan Fisika, menuntaskan Magister Manajemen Pendidikan dari Universitas Lambung Mangkurat 2012

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tengah Semester

1 November 2014   04:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:59 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14221862271353133428

Sudah tiga bulan menjalani kegiatan tatap muka di kelas, ada masa jeda di tengah semester yang sebenarnya tidak tepat enam bulan yakni Kegiatan Tengah Semester.

Bagi sekolah yang biasa-biasa saja, mungkin kegiatan ini biasa-biasa juga. Karena kegiatan tengah semester tidak berarti apa-apa dan tidak memberikan makna apa-apa selain rutinitas.

Tetapi bagi sekolah-sekolah yang mencoba mengikuti kebiasaan sekolah-sekolah "maju" di daerah lain sehingga berhak untuk menerima cap-capan ada "kemajuan" walaupun sedikit.

Kegiatan tengah semester boleh menjadi ajang untuk melihat ekspektasi dari para peserta didik maupun para guru yang mengamati pola didiknya sebegitu otentik. Penilaian otentik sebagaimana didengungkan dalam setiap pelatihan, sosialisasi, wawancara, pertemuan, seminasi, paparan, deskripsi, yang berkaitan dengan kurikulum terkini adalah penilaian yang "maunya" benar-benar murni dan mengikuti polah peserta didik di dalam kelas oleh masing-masing guru mata pelajaran.

Sejatinya penilaian model detil ini berlaku hanya pada kelas kecil karena para siswa mudah diamati polah dan tingkahnya karena yang dinilai adalah sikapnya sebagai bahan penilaian utama. Namun, kalau mau mengaca betulan - saya masih belum mampu menilai sikap yang diharapkan dari para peserta didik jika diri saya sendiri tidak mampu bersikap sebagai pendidik yang bisa diteladani

Suatu ironi atau dilematika dari dalam diri guru dengan model menilai ini, sehingga saya mendengar selingan informasi dari teman yang telah menjadi IN (instalatir nasional eh salah Instruktur Nasional Kurikulum 2013 untuk SMA) bahwa dengan menilai secara otentik, maka guru mencari kebaikan-kebaikan sikap dari para peserta didiknya yang kemudian diganjar dalam bentuk penghargaan atau reward berupa angka-angka atau huruf-huruf. Angka-angka yang keramat berkisar di atas 2,66 hingga 4 atau huruf yang bermakna penghargaan mulai dari B hingga A - tentunya hal ini menimbulkan dampak kompetitif dalam diri peserta didik, berlomba merebut kebaikan hati para gurunya.

Ujian tengah semester sebagai masa evaluasi di pertengahan menjelang ujian akhir semester adalah masa yang semestinya tepat untuk membuka kembali map-map berisi penilaian otentik yang telah dikumpulkan guru-guru yang kemudian direkap hasilnya dalam sebuah laporan sederhana dan singkat yang sering disebut Rapot Sisipan atau rapot selipan atau rapot suplemen. Suplemen bisa berarti tambahan, tetapi rapot suplemen bisa juga rapot bayangan - yang dapat menjadi bayang-bayang semu, bayang-bayang nyata, bahkan bayang-bayang kelabu.

Tergantung pada orang tua yang akan menelisik sejauh mana kebermanfaatan laporan suplemen atau laporan sisipan yang nantinya diterima secara tidak langsung oleh orang tua masing-masing peserta didik. Kebermanfaatannya terasa nyata jika kemudian orang tua menanyakan atau mempertanyakannya langsung kepada wali kelas atau guru pemberi nilai, yang diharap menjalin komunikasi mengenai perbaikan karir peserta didik ini di institusi persekolahannya dan menjembatani atmosfer pendidikan yang menyeluruh bukan hanya tanggung jawab sekolah tetapi juga tanggung jawab dan peran aktif dari orang tua demi kemajuan dan keberhasilan putra-putrinya.

Begitu banyak harapan yang positif dan idaman cenderung mengawang-awang mencapai keindahan, yang bisa jadi semua itu semu atau palsu kawe semata.

Tergantung niat baik dan kehendak baik untuk mendapatkan harapan baik, pahala yang baik dan keinginan yang baik demi generasi Emas Republik Indonesia 2045 kelak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun