Mohon tunggu...
Rudy Hilkya
Rudy Hilkya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mengisi secara rutin Blog Guru Fisika Fisikarudy Blognya Guru, juga Blog Rudy Hilkya konyol, norak, udik, kampungan, seabrek sebutan untuk orang marginal, ngga suka melawak, tapi orang lain yang mendengarnya (mungkin akan) tertawa, memberikan deskripsi pandangan mata yang terhalang bulmat di sekelilingnya. Motto : tulisan saya hanyalah sampah dan penghargaan yang didapatnya bisa jadi hanya kebetulan. Kalo ngga menulis cuma omong doang ngga berguna !\r\nberkiprah di SMAN-2 Palangka Raya, menamatkan S1 Universitas Palangka Raya 1999 jurusan Pendidikan Fisika, menuntaskan Magister Manajemen Pendidikan dari Universitas Lambung Mangkurat 2012

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sate Halte

22 Juni 2013   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:36 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja kemarin menanti runtuknya mentari menuju peraduannya
Menjelang naiknya rembulan ke pelaminan
Selepas azan Magrib berkumandang
Usai Kaum kerabat yang Muslim meluangkan saat
menuntaskan kewajibannya sebagai seorang umat yang taat
Benakku mengisyaratkan sinyal
menyimbolikkan keinginan mengisi kekosongan suatu tempat
tepatnya di dapur pengolahan sumber metabolistik
Beranjakku menapak jalan raya walaupun lebih tepatnya duduk bermalas-malasan dalam kabin penumpang
yang dikemudikan pembantu loyal
Walau sebenarnya gampang, cukup kasih uang dan menginstruksikan asisten
berkelana mencari sasaran yang menyediakan hidangan dan sejuta resapan yang menawarkan kepuasan kuliner
Entah ada alasan lain yang memaksa hasrat yang tidak kentara untuk menggelandang mencari tempat
Tempat santai sekaligus rehat yang tidak terlalu berat di ongkos
karena ongkos telah terbelah-belah, terpartisi untuk menyongsong kesiapan kenaikan harga bahan pokok
Keterpaksaan dan kemalasan bergulat menjadi satu
Bergelut sedemikian rupa menghadirkan egosentris masa bodoh

Beberapa kali jarum panjang berkutat, berkeliling mengitari acuan tetap
Pilihanku menetapkan Halte, tempat menunggu angkutan umum untuk mendarat
Tampaknya Paman Sate telah hadir di sana
Di suatu senja yang temaram, matahari belum sempurna menyembunyikan pelototan tatapannya
Rembulan pun masih segan menampakkan batang hidungnya
Paman yang saya tebak berusia pasca lima dasawarsa tengah bersiap-siap
membuka pintu lemari gerobaknya, mengeluarkan plastikan kecap, pepesan lontong,
dan bongkahan-bongkahan arang  sambil mengipas tungku perapian panggangan kecil
yang berada di bagian depan kereta bisnisnya
Kutanyakan apa reaksinya tentang kenaikan harga barang-barang pokok
Tentu saja yang berkaitan dengan dagangannya, ayam, kecap, beras, minyak tanah, plastik, tusuk sate, arang
Jawabannya pendek, perlu menyesuaikan diri dengan perubahan
Ya betul, suka tidak suka, cepat atau lambat, kita semua mengalami perubahan
Perubahan dari dalam pun perubahan akibat luar diri sendiri
Jika kenaikan harga bahan bakar minyak mendongkrak naiknya harga kiloan daging ayam
sebagai bahan baku utama sate ini, maka ukuran dan potongan daging pun diperkecil dengan tetap
melepaskan harga jual sama seperti semula
Kenaikan harga jual sepuluh tusuk sate dapat memicu kebangkrutannya sebagai pedagang
Apabila dirinya serta koleganya sesama penjual sate tidak berembuk bersama
membentuk forum pedagang sate ayam Palangka Raya
Ada beberapa kehendak menaikkan nilai jualnya agar tidak terlalu jauh tekor, tapi sebagian besar karena trauma
masa lalu yang berkaitan dengan keberadaan etnis mereka akhirnya harus sekali lagi mengalah dengan menyesuaikan diri serta cara mempertahankan hidup dan wirausaha secara damai
Satu kilo daging ayam mentah diperkirakan terdongkrak hingga tiga puluh lima ribu rupiah,
sementara dengan 4500/liter premium dan 4300/ liter solar, harga ayam berkisar pada 25 ribu hingga 27 ribu
sudah memepetkan model-model potongan daging sate (yang untungnya mengembang setelah menerima serapan panas panggangan)
Belum lagi harga kacang tanah yang sewaktu-waktu mengikuti jejak jengkol bahkan bawang merah serta saudaranya bawang putih, beranjak naik dan dipermainkan pemain gudang seperti kejadian Kacang Kedelai yang memukul para pengusaha tahu dan tempe untuk mengetatkan produksinya
Akankah Sate tidak goyah diantara pengurangan subsidi
dan diantara bantuan langsung sosial masyarakat (BLSM) ?

Sambil menggetarkan kipas ayaman bambu berbentuk persegi
merangsang bara jingga arang batok kelapa
menghantarkan radiasi dan konveksi kalor pada daging-daging yang tertusuk rapi tiap-tiap bilah bambu
sewaktu-waktu dan saat bersamaan daging itu meneteskan gliserin akibat desakan osmosis lapisan lipoprotein hewani membubungkan asap beraroma antara terbakar bermuatan sinyal nan gemulai menggetarkan sukma mendorong glandula saliva berekskresi mengerucutkan lambung hingga duodenum,
bervibrasi  dalam frekuensi rendah mengurut peristaltik untuk menerima doping asupan nutrisi (yang entah apakah bergizi) atau hanya sebagai tambahan lemak buruk tak jenuh
yang meningkat tajam berakumulasi menjadi kolesterol
suatu ketika berdemonstrasi dan menghentikan aliran darah di nadi aorta hingga vena
memaksa jantung bekerja keras melakukan ekspansi dan kompresi
mengedarkan darah dan plasma seluruh lintasan metabolisme
Daging sate ayam hangat pun siap disantap
bersama potongan tak beraturan beras yang semula lonjong karena disimpang dalam lontong silindris
dari bungkusan daun pisang dikukus dalam panci adiabatik pada tekanan konstan
bersekutu menjadi adonan karbohidrat siap santap
ditemani saus kacang tanah berbalut kecap manis dari kacang keledai hitam pilihan
dari Botol bergambar Burung Bangau berwarna Hitam Putih
dengan kakinya yang jenjang menendang ke udara bak pendekar silat

Makanan tersedia, sate siap tayang
masuk dalam kerongkongan dan jalur konsumsi
dihadang dalam relungan organel-organel pencernaan
Waktu yang membawa hikmat
bersantap di Halte yang temaram di senja galau

Kota Berpasir, 21 Juni 2013 saat Matahari berada di Vernal Equinox
http://fisikarudy.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun