Mohon tunggu...
Deni Fisestra
Deni Fisestra Mohon Tunggu... -

"The brick walls are not there to keep us out; the brick walls are there to give us a chance to show how badly we want something."

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Nikmatnya Memberi Maaf

6 Juli 2010   03:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:04 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dear Kompasiana,

Beberapa waktu belakangan ini saya mengalami cobaan yang berat. Saya harus mengambil keputusan untuk berpisah dengan istri saya tercinta dan 2 orang putri. Tadinya saya ingin menuliskan biografi saya dalam Judul Cinta Terlarang, namun entah karena apa beberapa dari rekan kompasiana tidak dapat membaca karena judul tersebut sudah ada yang memakainya. Sekarang saya rasa tidak ada lagi yang perlu ditutupi, toh semua ini harus saya jalankan dengan lapang hati.

Pernikahan kami bukanlah pernikahan yang didasari oleh CInta yang tulus, kami melakukan pernikahan ini karena pelarian dari masing-masing masa lalu kami. Saya sendiri sudah beberapa kali mengalami kegagalan dalam cinta. Mantan istri saya juga demikian.

Namun pada awal pernikahan semua itu bisa kami lalui dengan belajar untuk mencintai. Kami berpacaran kurang dari satu tahun, dan tanpa terasa dalam tiga tahun pernikahan kami dikaruniai 2 orang anak perempuan yang cantik-cantik dan pintar. Kedua putri saya juara kelas.

Setelah Lima tahun berjalan mulailah dilema ini terjadi, ternyata mantan istri saya masih memendam rasa cintanya kepada pacarnya yang juga sudah berkeluarga. Pertengkaran mulai terjadi..... Kami sama-sama memliki karakter yang keras. Namun dengan rasa sabar saya bisa melalui semua itu hingga usia perkawinan kami hampir mencapai 9 th.

Beberapa bulan belakangan ini, saya mendapati kalau mantan istri saya melakukan perselingkuhan dengan seorang pejabat. Kebohongan-kebohongan yang selalu saya maafkan terulang terus hingga akhirnya keluarga saya melihat langsung mantan istri saya sedang bersama pria tsb disuatu pusat perbelanjaan.

Sebenarnya saya sudah lama ingin mengakhiri semua ini, namun demi anak-anak semua itu saya tangguhkan. Saya sudah lama memaafkan semua kesalahan yang pernah dilakukannya, dan setiap ada masalah saya selalu memaafkannya dalam doa. Semoga Tuhan memberikan hidayah kepadanya.

Tapi semua itu tidak bisa saya diamkan, karena dia terus melakukannya dan semakin diluar dugaan. Saya seperti tidak mengenalnya lagi, baik dari sikap dan penampilan dia benar-benar berubah. Bahkan dia pernah mengatakan kalau dia malu pergi bersama saya. Demi Allah hati saya benar-benar hancur saat itu.

Namun saya tawakal dan percaya, semua cobaan itu pasti ada hikmahnya dan semoga Allah memberikan ampunan kepada saya atas cobaan ini.

Saat ini kami telah berpisah, namun anak-anak tetap menjadi tanggung jawab kami bersama. Dengan memberikan maaf dan tawakal ternyata memberikan kenikmatan tersendiri. Saya seperti terlahir kembali. Terbebas dari segala tanggung jawab sebagai suami dari dosa-dosa seorang istri yang nuzus. Namun saya tetap harus memberikan perhatian dan tanggungjawab yang penuh kepada kedua putri saya. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada saya dan anak-anak ku... Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun