“sholat, biar mental mu sehat!”
“kamu kurang iman, mangkannya stress”
“kamu itu cuman kurang bersyukur saja”
Adalah kalimat yang kerap dilontarkan pada mereka yang sedang berjuang. Padahal, kesehatan mental bukanlah soal kurangnya ibadah, melainkan tentang dukungan, empati, dan pemahaman dari orang-orang di sekitar. Itulah mengapa kebanyakan orang yang menderita penyakit mental, seperti anxiety, bipolar, skizofrenia, dan sebagainya lebih memilih memendam sendiri dan merahasiakan nya. Karena sebagian besar reaksi orang orang di sekitar tidak sesuai harapan. Kebanyakan orang langsung menghakimi bahwa penderita kurang iman, alay, lebay, kurang bersyukur dan terlalu mengada ngada. Mungkin karena kurang nya edukasi terkait kesehatan mental atau kurang nya empati di dalam diri. Padahal efeknya sama dengan kematian, yang membedakan hanyalah bisa mati di tangan sendiri. Di sinilah pentingnya kita belajar untuk mendengar tanpa menghakimi dan menunjukkan empati, terutama dalam hubungan keluarga dan sosial.
Mengapa orang sering disalahkan?
Ketika seseorang mengungkapkan rasa cemas, depresi, atau emosi lain yang sulit dikendalikan, meskipun niatnya baik, respons yang sering kali di terima adalah “berusahalah untuk lebih banyak berdoa” atau “mendekatkan diri kepada Tuhan”. Meskipun respon nya baik justru bisa memperburuk keadaan. Alih-alih merasa didukung, orang dengan penyakit mental malah merasa dihakimi dan disalahkan.
Misalnya, seorang remaja seringkali mengalami kecemasan berlebihan akibat tekanan akademis atau masalah keluarga. Ketika dia mencoba memberitahu orang tuanya tentang hal itu, yang mereka katakan hanyalah, “itu kamu kurang ibadah, banyak sholat sama bersyukur pasti hatimu tenang.” Akhirnya, remaja tersebut merasa semakin terisolasi dan memutuskan untuk memendam perasaanya.
Sekarang setelah kita memahami dampak tanggapan yang tidak tepat terhadap orang-orang yang mempunyai penyakit mental, penting untuk mengevaluasi kembali cara kita menanggapinya. Dalam hal ini, empati menjadi kunci utama dukungan yang lebih efektif. Tanpa empati, hubungan yang seharusnya menjadi sumber kekuatan justru dapat meningkatkan perasaan kesepian dan tidak berdayaan.
Peran empati dalam mendukung kesehatan mental
1. Mengurangi stres dan kecemasan
Empati memungkinkan seseorang untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Ini bisa mengurangi stres dan kecemasan karena orang yang empatik cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik, yang pada gilirannya menyediakan dukungan emosional.