Mohon tunggu...
Firza Tegar
Firza Tegar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, saya Firza, seorang mahasiswa disalah satu peguruan tinggi negeri di Semarang. Saya adalah seorang mahasiswa biasa yang gemar bermain game, namun sekarang ini, setelah saya beranjak dewasa, saya sudah tidak lagi menemukan keasyikan dalam bermain game. Untuk itu, saat ini saya sedang mencoba hobi baru yang lebih bermanfaat bagi saya yaitu menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Organisasi Kemahasiswaan Semakin Sepi, Apa yang Terjadi?

29 Desember 2023   16:22 Diperbarui: 29 Desember 2023   16:24 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarang - Organisasi kemahasiswaan merupakan sebuah wadah bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan skill, mendapat pengalaman, memperluas relasi, dan berkontribusi terhadap universitas. Dulu, organisasi kemahasiswaan digandrungi oleh para mahasiswa, sehingga, banyak sekali mahasiswa yang berpartisipasi ataupun menjadi anggota dalam kegiatan organisasi. 

Namun pada saat ini, organisasi kemahasiswaan justru sudah tidak hype seperti dulu lagi. Bahkan dalam pengalaman pribadi penulis, sebagai mahasiswa yang pernah aktif berorganisasi, sering mendapatkan pertanyaan dari dosen, kakak tingkat, maupun senior organisasi seperti"Kenapa organisasi sudah tidak seramai dulu lagi?". 

Bahkan tidak hanya itu, penulis juga pernah mendengar pertanyaan dari teman maupun orang-orang terdekat sendiri seperti "Kenapa gabung organisasi?" dan juga pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mempertanyakan faedah dari berorganisasi.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebenarnya ada banyak faktor yang  memengaruhi mengapa hal itu bisa terjadi, namun kali ini kita akan bahas empat faktor utama menurut pandangan penulis.

Yang pertama dimulai dari faktor internal yaitu faktor lingkungan dalam organisasi yang tidak nyaman. Terdapat banyak organisasi kemahasiswaan didalam sebuah universitas, namun tidak sedikit organisasi yang memiliki lingkungan yang toxic bagi para pengurusnya. 

Terdapat banyak masalah antar sesama pengurus, tidak akrabnya pengurus dengan pengurus lainnya, senior organisasi yang masih sering ikut campur dalam urusan organisasi dengan cara yang semena-mena, itu merupakan indikasi-indikasi lingkungan organisasi yang membuat pengurusnya tidak nyaman atau bahkan toxic.

Yang kedua yaitu kurangnya apresiasi atau dukungan terhadap para pengurus organisasi. Ya, memang dengan mengikuti organisasi, mahasiswa harus tau diawal bahwa menjadi pengurus organisasi merupakan sebagai bentuk sukarela, yang artinya segala upaya dan usaha tidak akan mendapatkan upah sepeserpun yang didapatkan oleh mereka.

Namun, hal ini banyak dirasakan oleh mahasiswa-mahasiswa pengurus organisasi pada saat ini. Terkadang yang mereka dapatkan bukanlah dukungan, saran ataupun tuntunan melainkan serangan bagi mereka, baik dari sesama mahasiswa maupun senior organisasi. 

Faktor ketiga yaitu munculnya program-program menjanjikan bagi mahasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Faktor ini merupakan faktor eksternal organisasi yang juga menjadi faktor yang paling utama menurut penulis mengapa minat organisasi mahasiswa semakin berkurang. 

Banyak mahasiswa sekarang, yang lebih memilih untuk mengikuti program-program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dibawah naungan Kemendikbudristek, seperti PMM, MSIB, IISMA, Kampus Mengajar dan lain sebagainya, daripada berpartisipasi dalam organisasi. Bahkan ada pengurus organisasi yang keluar ditengah masa jabatan hanya untuk mengikuti salah satu dari program-program tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun