Kegagalan pemerintah dalam menjaga negara, menjaga bangsa dan juga menjaga sumber daya sudah terlihat jelas dengan logika pada persoalan republik yang memburuk.
Faktanya Konflik baru sangketa perairan Natuna antara China dan Indonesia akan berujung pada kehancuran Indonesia itu sendiri.
Perairan yang terletak di kabupaten Natuna provinsi Riau adalah tutorial Indonesia dalam membuktikan kaya akan sumber daya, sudah sepantasnya perairan dijaga dan dilindungi.
China yang mengklaim laut Natuna tidak berdasar di Indonesia, justruh provokasi dalam perpolitikan negara ini akan di uji pada negara luar untuk memperkeruh negara Indonesia secara internal.
Mendeklarasikan perang dengan China adalah bunuh diri, apalagi gagah-gagahan dalam berbicara.
Faktanya kualitas segi armada laut indonesia masih jauh dari kesempurnaan dibanding armada China.
Dikutip dari tekno. tempo.co bahwa China memiliki 2 kapal induk yang membawa puluhan jet tempur, 75 kapal selam, 32 kapal penghancur dan 3010 pesawat militer yang 1700 di antaranya adalah jet tempur.Â
Sementara Indonesia hanya memiliki 214 pesawat militer dengan 39 diantaranya adalah jet tempur dan di segi ukuran kualitas pun seperti  frigate dan korvette.
Menyalahkan Menhan Prabowo yang terlalu lemah dalam mencari solusi Natuna itu tidak benar, karena kondisi kualitas armada masih rendah dan tidak harus gegabah dalam mengambil keputusan, karena menyangkut dengan keadaan Negara.
Semua akibat terlalu dekat dengan cina, tidak membatasi investasi China di Indonesia, tanpa sadar China sudah jauh berkembang dalam negara Indonesia.
Yang dirugikan justruh masyarakat republik yang tidak pernah mengerti apa saja yang menjadi persoalan dalam negeri sekarang ini.Â
jurnalisme sekarang pun banyak dibungkam dengan cara tidak memberitakan isu isu China yang dipropagandakan dengan isu banjir ibu kota, dan pemerintah klaim kesalahan Anis dalam bencana banjir ibu kota.
Padahal jika di kaji ulang visi pertama bapak presiden adalah memberantas banjir ibu kota, buka pindah ibu kota.
Karena Pemerintah Indonesia itu sendiri lupa akan apa yang sebenarnya menjadi dasar sebuah negara yang diantaranya adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa dan memelihara fakir miskin.
Hal inilah yang justru merujuk pada kesejahteraan yang tertunda dan memicu pada keadilan yang tak kunjung tiba, Sengketa Natuna musibah baru masyarakat sensara.
Kembalikan nilai-nilai dalam republik dengan kembalikan buku bukan kembalikan komik, agar supaya bangsa dapat lebih membangun dan mencari solusi alternatif dalam pencegahan bukan mengobati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H