Gunung Rinjani, ikon wisata alam Indonesia yang memukau dengan panorama puncaknya yang menjulang dan danau Segara Anak yang memesona, tengah menghadapi ancaman serius, krisis sampah. Â Bukan sekadar masalah estetika, Â timbunan sampah di jalur pendakian Rinjani telah menjadi luka menganga yang mengancam kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pariwisata di kawasan ini. Â Jumlah pendaki yang terus meningkat, tanpa diimbangi kesadaran dan pengelolaan sampah yang memadai, telah mengakibatkan pemandangan indah ternodai oleh tumpukan sampah plastik, sisa makanan, dan berbagai limbah lainnya.
Bayangkan, jejak langkah para petualang di jalur pendakian kini tak hanya meninggalkan kenangan, tetapi juga meninggalkan jejak berupa sampah yang mencemari sumber air, merusak habitat flora dan fauna, serta mengancam kesehatan para pendaki sendiri. Botol plastik bekas minuman, kemasan makanan instan, dan bahkan peralatan pendakian yang rusak, berserakan di sepanjang jalur, mengubah keindahan alam menjadi pemandangan yang menyayat hati. Â Bukan hanya merusak estetika, sampah juga berdampak buruk pada ekosistem Rinjani, mengganggu keseimbangan alam yang telah terjaga selama berabad-abad. Â Ancaman terhadap keanekaragaman hayati, pencemaran air, dan erosi tanah menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan.
Krisis ini bukan semata-mata kesalahan para pendaki. Â Sistem pengelolaan sampah yang masih lemah di kawasan Rinjani juga turut berperan. Â Minimnya tempat sampah yang memadai, ditambah lagi kurangnya sistem pengangkutan sampah yang efektif, membuat para pendaki kesulitan membuang sampah dengan benar. Â Akibatnya, banyak yang memilih membuang sampah sembarangan, memperparah keadaan yang sudah memprihatinkan. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan langkah komprehensif dan kolaboratif.Â
Pertama, peningkatan kesadaran dan edukasi kepada para pendaki menjadi kunci utama. Â Kampanye edukasi yang kreatif dan masif, memanfaatkan berbagai media, perlu digencarkan untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Â Bukan hanya sekedar himbauan, tetapi juga edukasi mengenai dampak negatif sampah terhadap lingkungan dan kesehatan.
Kedua, perlu adanya peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah. Â Pemasangan tempat sampah yang memadai di titik-titik strategis di sepanjang jalur pendakian, dilengkapi dengan sistem pengangkutan sampah yang terjadwal dan efektif, menjadi mutlak diperlukan. Â Sistem ini harus terintegrasi dengan baik, melibatkan pemerintah daerah, pengelola wisata, dan pihak swasta, untuk memastikan efisiensi dan keberlanjutan.
Ketiga, penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran terkait sampah juga harus diterapkan. Â Sanksi yang berat bagi para pendaki yang membuang sampah sembarangan akan memberikan efek jera dan mendorong perubahan perilaku. Â Hal ini harus diiringi dengan pengawasan yang ketat di lapangan.
Gunung Rinjani bukan hanya sekadar gunung, tetapi juga aset wisata dan warisan alam yang tak ternilai harganya. Â Menyelamatkan Rinjani dari ancaman sampah adalah tanggung jawab kita bersama. Â Dengan langkah-langkah yang terintegrasi dan komitmen dari semua pihak, kita dapat memastikan bahwa keindahan Rinjani tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Â Mari kita selamatkan Rinjani sebelum terlambat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H