Sebelum dilakukan tindakan operasi, dokter akan mengintruksikan untuk berpuasa sebelum operasi. Disarankan berpuasa makanan padat selama 6-8 jam dan  2 jam untuk air putih. Tapi, malah kebanyakan pasien berpuasa sejak tengah malam tanpa memperhatikan jadwal operasinya sehingga puasa preoperasi menjadi lebih lama.
Penelitian baru-baru ini mengungkapkan, nih kalau puasa preoperasi yang lebih lama dari yang disarankan bisa berdampak negatif pada kondisi pasien preoperasi dan pascaoperasi. Wah kira-kira kenapa ya? Yuk simak ulasannya!
Hipoglikemia
Puasa preoperasi yang dianjurkan adalah 6-8 jam dengan tujuan untuk mengurangi volume dan keasaman lambung yang pada akhirnya mengurangi risiko aspirasi pulmonal.Â
Aspirasi Pulmonal adalah komplikasi dari aspirasi paru. Aspirasi paru adalah masuknya makanan, asam lambung, air liur, atau benda asing lainnya ke paru-paru yang dapat memicu infeksi paru.
Jika puasa preoperasi  akan terjadi penurunan kadar gula darah, gula darah puasa sekitar 8-9- mg/dL . Jika periode kelaparan terjadi terus-menerus, dikhawatirkan akan terjadi hipoglikemia.Â
Hipoglikemia itu suatu kondisi dimana kadar gula darah tubuh dibawah normal. Gejala-gejala hipoglikemia biasanya tampak kebingungan, kesadaran menurun, lemas, nyeri kepala , dan pucat.Â
Menurunkan Sistem Pertahanan Tubuh
Resistensi insulin bisa mengakibatkan penurunan dari sistem pertahanan tubuh atau sistem imun. Jika imunitas tubuh menurun , proses penyembuhan luka akan terjadi semakin lama . Puasa yang terlalu lama juga bisa meningkatkan kejadian mual muntah pasca operasi.Â
Untuk meminimalkan kondisi tersebut, hendaklah makan terlebih dahulu sebelum puasa dan berpuasalah sesuai yang diajurkan dengan memperhatikan jadwal operasi. Jadi jangan sembarangan, ya .Â
Semoga artikel ini bermanfaat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H