Mohon tunggu...
firyal zein mumtaz
firyal zein mumtaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswi S1 Program Studu Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Stratifikasi Sosial Pada Pendidikan di Perkotaan

24 Desember 2024   10:41 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:41 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Stratifikasi berasal dari kata stratum yang artinya adalah lapisan sedangkan sosial artinya masyarakat. Jadi menurut asal katanya stratifikasi sosial adalah lapisan masyarakat. Secara umum stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai penggolongan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang disusun secara bertingkat. Gejala penggolongan masyarakat yang bersifat hierarki vertikal berakibat timbulnya kelaskelas sosial sehingga muncullah istilah kelas sosial atas (upper class), kelas sosial menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class). Pengertian Stratifikasi Sosial masyarakat. Setiap masyarakat akan selalu mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu itu, akan menempatkan individu yang memilikinya pada kedudukan yang lebih tinggi juga. Apabila suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan maka mereka yang lebih banyak memiliki kekayaan materil akan menempati kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Oleh karena itu gejala tersebutlah yang menimbulkan adanya lapisan sosial dalam masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Stratifikasi sosial juga dapat terjadi pada kualitas pendidikan di perkotaan. Masyarakat perkotaan yang memiliki kekayaan cenderung dapat memilih kualitas pendidikan dan fasilitas yang mereka inginkan, namun pada masyarakat yang memiliki ekonomi lebih rendah, mereka lebih memilih pendidikan dengan biaya yang lebih rendah bahkan gratis tanpa memikirkan kualitas dan fasilitas yang ada, hanya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Namun ada juga keluarga yang memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya dengan alasan ekonomi yang tidak memadai, akibatnya anak-anak tersebut tidak sekolah dan tidak mendapat asupan pendidikan yang seharusnya.Pendidikan "merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara" (UU No 20 tahun 2003)". Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan serta mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki sejak lahir baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan. Pendidikan merupakan suatu usaha membantu para peserta didik agar mereka dapat dalam mengerjakan tugasnya dengan mandiri dan melaksanakan tanggung jawabnya. Dengan demikian Pendidikan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan, perubahan dan kondisi setiap manusia. Perubahan yang terjadi adalah pengembangan potensi anak didik, baik pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap dalam kehidupannya.
Seiring dengan pertumbuhan populasi di perkotaan, tantangan dalam dunia pendidikan semakin kompleks. Masyarakat perkotaan yang heterogen mencakup berbagai latar belakang ekonomi dan sosial, yang sering kali membentuk hierarki dalam sistem pendidikan. Keluarga yang mampu secara ekonomi memiliki pilihan yang lebih luas untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah berkualitas tinggi, baik itu sekolah swasta, internasional, maupun sekolah negeri favorit. Sementara itu, keluarga yang memiliki keterbatasan finansial terpaksa menerima realitas pendidikan yang apa adanya, meskipun dengan segala keterbatasan fasilitas dan mutu pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan masih belum setara meskipun tinggal di wilayah yang sama, yaitu perkotaan.
Kondisi ini diperparah dengan adanya tuntutan globalisasi yang menempatkan pendidikan sebagai indikator utama dalam meningkatkan daya saing suatu negara. Di era modern saat ini, pendidikan berkualitas telah menjadi kebutuhan mendesak bagi setiap individu untuk dapat bertahan dalam dunia kerja yang semakin kompetitif. Sayangnya, stratifikasi sosial dalam pendidikan justru menciptakan hambatan bagi sebagian kelompok masyarakat untuk mencapai potensi terbaiknya. Tanpa adanya upaya konkret dari berbagai pihak, generasi mendatang berpotensi menghadapi berbagai dampak negatif yang tidak hanya menghambat perkembangan individu tetapi juga memengaruhi pembangunan nasional secara keseluruhan.
Pada umumnya pendidikan yang wajib di tempuh untuk semua warga negara Indonesia adalah 12 Tahun. Pada program ini pemerintah wajib membiayai dan memfasilitasi sekolah-sekolah Negri. Jenis sekolah di Indonesia sendiri sangat beragam, namun pada umumnya dibedakan menjadi 2 yaitu sekolah swasta dan sekolah Negri. Perbedaan sekolah swasta dan sekolah Negri juga cukup signifikan. Pada beberapa sekolah swasta memberikan fasilitas yang sangat elite serta memiliki pola belajar yang berstandart International. Pada golongan sekolah swasta ini hanya dapat di akses oleh kalangan atas.
 
Pendidikan juga memiliki banyak manfaat yang signifikan, diantaranya yaitu:
1. Pembentukan individu yang berkualitas: Pendidikan membantu membentuk individu menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berkontribusi pada masyarakat.
2. Peningkatan ekonomi: Pendidikan membantu meningkatkan tingkat pendapatan dan produktivitas individu, sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian nasional secara keseluruhan.
3. Peningkatan kualitas hidup: Pendidikan membantu meningkatkan kualitas hidup individu dengan cara memberikan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memahami dan mengatasi berbagai masalah hidup.
4. Pengembangan demokrasi: Pendidikan membantu membentuk individu yang memahami dan menghormati hak-hak asasi manusia, sehingga dapat membantu meningkatkan tingkat demokrasi dalam masyarakat.
5. Penurunan tingkat kemiskinan: Pendidikan membantu mengurangi tingkat kemiskinan dengan cara meningkatkan tingkat pendapatan dan produktivitas individu.
6. Peningkatan kesejahteraan masyarakat: Pendidikan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dengan cara membantu memecahkan masalah-masalah sosial dan ekonomi.
 
 
 stratifikasi sosial pada pendidikan diperkotaan memiliki pengaruh yang signifikan seperti adanya:
 
* Akses yang Tidak Merata
Di kota-kota besar, terdapat perbedaan signifikan antara sekolah-sekolah negeri yang dibiayai oleh pemerintah dan sekolah-sekolah swasta yang dikelola secara mandiri. Sekolah swasta unggulan, yang umumnya memiliki fasilitas yang lebih unggul dan modern, teknologi yang canggih, serta memiliki sumber daya pengajar yang lebih memadai dengan teknologi pengajaran yang berbeda dengan sekolah negri ini sering kali hanya dapat diakses oleh keluarga dengan status ekonomi tinggi. Sebaliknya, banyak anak dari keluarga yang ekonominya rendah harus puas dengan sekolah negeri yang terkadang memiliki fasilitas terbatas dan jumlah murid yang terlalu banyak.
 
* Peran Ekonomi dalam Pendidikan
Kemampuan ekonomi keluarga mempengaruhi peluang anak mendapatkan pendidikan yang memadai, dengan adanya ekonomi yang cukup tinggi keluarga dapat memberikan fasilitas belajar yang lebih baik. Pada keluarga yang memiliki ekonomi yang tinggi biasanya memberikan bimbingan belajar tambahan,fasilitas pendidikan berbasis teknologi, dan akses ke sekolah internasional. Sebaliknya, keluarga yang memiliki ekonomi rendah hanya mengandalkan sekolah Negri sebagai sumber pendidikannya.
 
* Segmentasi Berdasarkan Lokasi
Stratifikasi sosial pendidikan di perkotaan juga dipengaruhi oleh lokasi geografis. Sekolah-sekolah di pusat kota umumnya lebih berkualitas dibandingkan sekolah-sekolah di pinggiran atau daerah kumuh. Sekolah di pusat kota biasayanya lebih di perhatikkan fasilitas serta keunggulannya,sedangkan sekolah yang berada di pinggiran jarang mendapat perhatian dari segi fasilitas dan kenyamanannya. Tidak heran apabila sekolah dipusat kota lebih baik dari pada sekolah di pinggiran kota. Anak-anak yang tinggal di kawasan elit memiliki keuntungan akses pendidikan dibandingkan anak-anak dari kawasan padat penduduk atau daerah yang kurang berkembang.
 
 
 
Adanya perbedaan ini memiliki faktor-faktor penyebab yang dapat saya rincikan sebagai berikut:
 
* Faktor Ekonomi
Perbedaan pendapatan keluarga adalah faktor utama yang menciptakan stratifikasi pendidikan. Orang tua yang mampu secara finansial dapat memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak mereka, sedangkan keluarga miskin sering kali mengutamakan kebutuhan dasar dibandingkan pendidikan.
 
* Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pendidikan yang belum merata sering kali memperburuk stratifikasi sosial di perkotaan. Meskipun ada program afirmasi seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), banyak anak dari keluarga miskin yang masih belum mendapatkan akses ke sekolah berkualitas karena keterbatasan kuota atau kurangnya informasi.
 
* Pengaruh Budaya
Dalam beberapa kelompok sosial, tingkat pendidikan orang tua memengaruhi tingkat pendidikan anak. Dengan pola didikan yang sama seperti sebelumnya keluarga dengan pendidikan tinggi cenderung memprioritaskan pendidikan anak mereka, maka dari itu siklus hidup mereka akan tetap sama. sementara keluarga dengan pendidikan rendah sering kali kurang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan.
 
Dampak Stratifikasi Sosial Pendidikan di Perkotaan
* Ketimpangan Peluang
Anak-anak dari keluarga kaya memiliki peluang lebih besar untuk masuk ke universitas bergengsi dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Sementara itu, anak-anak dari keluarga miskin sering kali terjebak dalam siklus kemiskinan karena kurangnya akses ke pendidikan berkualitas.
* Urbanisasi Berlebih
Ketimpangan pendidikan di perkotaan mendorong urbanisasi, karena banyak keluarga dari daerah mencoba pindah ke kota untuk mencari peluang pendidikan yang lebih baik. Namun, ini sering kali memperburuk masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan dan permukiman kumuh.
* Diskriminasi Sosial
Stratifikasi pendidikan dapat menciptakan stigma sosial terhadap anak-anak yang berasal dari sekolah kurang populer atau daerah kumuh. Hal ini memperkuat perbedaan kelas sosial dan mengurangi kohesi masyarakat.
 
Dampak Stratifikasi Sosial Pendidikan terhadap Generasi Masa Depan
Stratifikasi sosial pendidikan di perkotaan memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap generasi mendatang. Beberapa dampak tersebut antara lain:
 
* Kesulitan Mewujudkan Mobilitas Sosial
Anak-anak dari keluarga kurang mampu yang tidak mendapatkan akses pendidikan berkualitas akan menghadapi kesulitan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini memperkuat siklus kemiskinan antargenerasi dan menghambat mobilitas sosial.
* Ketimpangan Kualitas Sumber Daya Manusia
Generasi mendatang akan menunjukkan perbedaan kualitas sumber daya manusia akibat akses pendidikan yang tidak merata. Anak-anak dari keluarga kaya cenderung memiliki keterampilan lebih tinggi, sedangkan anak-anak dari keluarga miskin berisiko mengalami keterbelakangan dalam penguasaan kompetensi.
* Meningkatnya Pengangguran
Kesenjangan pendidikan berdampak pada rendahnya keterampilan kerja generasi mendatang, sehingga meningkatkan tingkat pengangguran. Mereka yang tidak memiliki pendidikan memadai sulit bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif.
* Ketidaksetaraan Sosial yang Lebih Parah
Ketimpangan pendidikan akan memperburuk ketidaksetaraan sosial dalam jangka panjang. Masyarakat akan semakin terfragmentasi antara kelompok kaya yang memiliki akses pendidikan berkualitas dan kelompok miskin yang tidak mampu mengejar ketertinggalan.
Dengan demikian, jika tidak segera diatasi, dampak stratifikasi sosial pada pendidikan di perkotaan tidak hanya akan memengaruhi individu secara personal tetapi juga menghambat pembangunan berkelanjutan secara nasional. Pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta harus bekerja sama dalam mengatasi kesenjangan ini untuk mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan berkualitas.
 
Upaya Mengurangi Stratifikasi Sosial dalam Pendidikan
* Peningkatan Anggaran Pendidikan
Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan, terutama untuk memperbaiki fasilitas dan kualitas guru di sekolah negeri.
 
* Program Beasiswa dan Subsidi
Perluasan program beasiswa untuk siswa dari keluarga miskin dapat membantu mengurangi kesenjangan pendidikan. Selain itu, subsidi untuk biaya pendidikan tambahan seperti buku dan seragam juga sangat penting.
 
* Pemerataan Fasilitas
Sekolah-sekolah di daerah pinggiran harus mendapatkan perhatian yang sama seperti sekolah di pusat kota. Pemerintah harus memastikan pemerataan fasilitas pendidikan dan pelatihan guru di seluruh wilayah perkota
 
* Penerapan Teknologi dalam Pendidikan
Penggunaan teknologi seperti pembelajaran daring dapat membantu menjembatani kesenjangan pendidikan. Anak-anak dari keluarga kurang mampu dapat mengakses materi pembelajaran berkualitas tinggi melalui internet.

Studi Kasus:
 
1. Stratifikasi Pendidikan di Jakarta
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia menjadi contoh nyata stratifikasi sosial dalam pendidikan. Sekolah internasional dan swasta unggulan seperti yang ada di kawasan elit Jakarta Selatan menawarkan pendidikan dengan standar internasional, tetapi biaya masuknya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Sementara itu, sekolah negeri di kawasan pinggiran seperti Jakarta Utara sering menghadapi tantangan seperti kekurangan fasilitas, jumlah siswa yang terlalu banyak, dan kualitas pengajaran yang terbatas. Hal ini mencerminkan bagaimana stratifikasi sosial membentuk peta pendidikan di perkotaan.
 
2. Ketimpangan Pendidikan di Surabaya
Di Surabaya, terdapat perbedaan mencolok antara sekolah negeri di pusat kota dan sekolah di kawasan pinggiran seperti Kenjeran. Sekolah negeri di pusat kota dilengkapi dengan fasilitas yang lebih baik, seperti laboratorium modern dan akses internet cepat. Sebaliknya, sekolah di pinggiran sering kekurangan fasilitas dasar seperti ruang kelas yang memadai dan tenaga pengajar yang cukup. Hal ini membuat siswa di kawasan pinggiran sulit bersaing dengan siswa dari pusat kota.
 
 
3. Ketidak merataan Fasilitas di Bandung
Bandung juga menghadapi permasalahan serupa. Sekolah swasta elit seperti yang ada di Dago memiliki kurikulum yang lebih maju dan akses ke guru-guru berkualitas tinggi, sementara sekolah negeri di daerah Kiaracondong menghadapi tantangan infrastruktur seperti bangunan yang rusak dan minimnya teknologi pendukung pembelajaran. Kesenjangan ini memperkuat stratifikasi sosial dalam pendidikan.
 
4. Dampak Urbanisasi di Medan
Di Medan, urbanisasi telah menyebabkan meningkatnya jumlah siswa di sekolah negeri tanpa diimbangi dengan peningkatan fasilitas. Sekolah-sekolah di kawasan seperti Medan Tembung sering kali kelebihan kapasitas, dengan satu kelas diisi oleh lebih dari 40 siswa. Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan dengan sekolah di kawasan elit seperti Medan Baru, yang memiliki rasio siswa per guru yang jauh lebih ideal.
 
5. Akses Terbatas di Makassar
Di Makassar, banyak anak dari keluarga berpenghasilan rendah tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena biaya yang tinggi dan akses terbatas ke sekolah berkualitas. Sekolah swasta unggulan seperti yang ada di Panakkukang menawarkan pendidikan yang lebih baik, tetapi hanya dapat diakses oleh keluarga kaya. Sementara itu, banyak anak dari daerah seperti Tamalate hanya memiliki opsi untuk bersekolah di sekolah dengan fasilitas minim dan sumber daya yang terbatas.
 
Kesimpulan
Stratifikasi sosial pendidikan di perkotaan menunjukkan bahwa ketimpangan akses dan kualitas pendidikan masih menjadi masalah yang kompleks. Faktor-faktor seperti ekonomi, kebijakan pemerintah, dan lokasi geografis memainkan peran penting dalam menciptakan kesenjangan ini. Akibatnya, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah sering kali kesulitan mengakses pendidikan berkualitas, sementara anak-anak dari keluarga kaya memiliki peluang lebih besar untuk meraih kesuksesan akademik dan profesional. Fenomena ini memperkuat siklus ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, menghambat mobilitas sosial, serta memicu urbanisasi yang tidak terkendali.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan solusi komprehensif seperti peningkatan anggaran pendidikan, pemerataan fasilitas antar sekolah, pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu, serta pemanfaatan teknologi untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas. Selain itu, partisipasi aktif dari semua pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan inklusif. Pendidikan yang merata dan berkualitas di perkotaan adalah langkah krusial untuk menciptakan masyarakat yang lebih setara, berdaya saing, dan berkelanjutan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun