Mohon tunggu...
firta yolin
firta yolin Mohon Tunggu... Editor - freelancer

make it our life is so simple

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ad Maiora Natus Sum

2 Mei 2024   06:00 Diperbarui: 2 Mei 2024   06:36 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf, nilai akademis anda tidak memenuhi standar perusahaan kami."

"Kamu harus masuk kelas IPA, jangan sampai kami malu karena anaknya tidak cerdas...!"

"Nilai sainsmu harus bagus, kalau tidak percuma saja kamu ikut ujian perguruan tinggi kalau nilai sainsmu tidak bagus... karena kamu tidak akan diterima di perguruan tinggi manapun..."

Kompasianer... kutipan percakapan di atas hanyalah beberapa contoh dari yang pernah kita alami sendiri maupun dari apa yang kita lihat atau yang sering kita dengar. Pada umumnya dari sebagian besar masyarakat di dunia ini, memiliki standar terhadap kecerdasan seseorang, baik terhadap anak-anak maupun dewasa. Dan kebanyakan memiliki standar bahwa kecerdasan seseorang dilihat dari nilai akademisnya terutama nilai akademis dari mata pelajaran matematika dan sains.

Sayang sekali ya kalau masih banyak orangtua yang berpikiran seperti ini. Anak-anak yang memiliki bakat di bidang lain dianggap tidak memiliki kecerdasan karena nilai akademis matematika dan sainsnya kurang baik. Apalagi ditambah mereka sering dibeda-bedakan atau dibanding-bandingkan dengan anak lain yang memiliki nilai akademis yang baik dalam bidang sains. Hal tersebut dapat menjadi pemicu mengapa anak-anak sudah tidak suka belajar, atau yang lebih parah lagi anak-anak dapat mengalami depresi karena mereka merasa terkucilkan, tidak memiliki rasa percaya diri hingga psikis tidak dapat bertumbuh kembang dengan baik.

Perlu kita ketahui, bahwa menurut Howard Gardner, seorang ahli psikologi, kecerdasan seseorang tidak hanya berdasarkan nilai akademis saja atau memiliki keahlian dalam matematika dan sains. Namun kecerdasan seseorang dapat bermacam-macam:

1. Kecerdasan bahasa atau linguistik, dimana seseorang memiliki kemampuan untuk menggunakan dan memproses kata-kata secara efektif baik lisan maupun tulisan. 

Kecerdasan dalam bahasa tulisan dapat terlihat pada kemampuan seseorang dalam menggambar, melukis, menulis, dan sebagainya. Sedangkan kecerdasan dalam bahasa lisan terlihat pada kemampuan seseorang dalam bercerita, mendongeng, menceritakan kembali, pandai berbicara di depan umum, terlibat dalam percakapan dan sebagainya.

Perkembangan kecerdasan bahasa pada seseorang terutama anak-anak dapat didorong antara lain dengan kegiatan menggambar atau melukis bebas sesuai dengan minatnya, menulis hal-hal yang bermakna sesuai kemampuan, membaca buku cerita, memberikan kesempatan untuk berbicara atau bercerita, bermain peran, bermain untuk memperkaya kosakata, menceritakan kembali isi cerita atau kejadian yang bermakna, terutama bagi anak-anak.

Seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik pada umumnya mampu mendengarkan dengan cermat dan menanggapi komunikasi verbal, menulis dan berbicara secara efektif dan memiliki kosakata yang luas.

2. Kecerdasan matematika -logis, dimana seseorang memiliki kemampuan yang terkait dengan penggunaan angka dan logika. Kecerdasan secara matematis dapat dengan mudah melihat sebab akibat. Bagi seseorang yang memiliki kecerdasan ini dapat dikembangkan dengan media seperti maze, balok, puzzle, congklak dan kelereng. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini mampu mengenali dan memahami konsep bilangan, waktu dan prinsip kausalitas atau hubungan sebab akibat, mengidentifikasi objek dan mereka juga mampu memecahkan masalah yang baik.

3. Kecerdasan spasial, kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengenali ruang, bentuk dan benda secara tepat dan memiliki kekuatan imajinasi. Anak-anak yang memiliki kecerdasan spasial pada umumnya senang mencoret-coret, menggambar, melukis, membuat patung, imajinatif dan kreatif. Pada dasarnya, seseorang yang memiliki kecerdasan spasial mampu mengamati, melihat, mengenali bentuk benda, warna dan lainnya.

4. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Anak-anak atau seseorang yang memiliki kecerdasan tersebut dapat ditingkatkan dengan menari, senam, menirukan gerakan, pantomim. Bagi yang memiliki kecerdasan ini pada umumnya memiliki keseimbangan, ketangkasan, kelincahan, kelenturan dan gerak anggun yang baik.

Seseorang yang memiliki kecerdasan kinestetik menyukai kegiatan karya wisata, main peran, permainan fisik, menari dan olahraga. Mereka juga suka menyentuh, memegang atau bermain dengan benda atau objek yang ada di sekitarnya, suka belajar dan terlibat langsung, mengembangkan ingatan yang kuat tentang apa yang dilihat atau yang dialami.

Sumber: pinterest 
Sumber: pinterest 

5. Kecerdasan musikal, memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menikmati bentuk dan suara musik, kepekaan terhadap ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan musik instrumen. Seorang anak yang memiliki kecerdasan musikal dapat ditingkatkan dengan bernyanyi, menulis lagu, mengikuti irama dan ketukan, serta memainkan alat musik. Seseorang yang memiliki kecerdasan pada umumnya dapat dilihat dengan dia menikmati bermain alat musik, bernyanyi, membaca lirik, peka terhadap suara, memahami nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu, membaca dan menciptakan suara atau musik dari benda-benda di sekitarnya.

6. Kecerdasan interpersonal, dimana seseorang memiliki kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan dan karakter orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini mudah beradaptasi, menempatkan diri dalam pergaulan dan menjalin hubungan.

7. Kecerdasan interpersonal, adalah kemampuan yang berhubungan dengan pemahaman terkait dengan dirinya sendiri. Bagi seseorang yang memiliki kecerdasan ini mampu mengelola perasaan dan beradaptasi dengan sekitarnya berdasarkan pemikirannya. Seorang anak yang memiliki kecerdasan tersebut dapat dikembangkan melalui bermain peran atau drama, mengenali emosi dalam diri mereka sendiri atau orang lain, mampu menyalurkan pikiran dan perasaan serta mampu bekerja secara mandiri dan mengembangkan konsep diri yang baik.

8. Kecerdasan naturalis adalah memiliki kemampuan memahami tumbuhan dan hewan serta peka terhadap lingkungan alam termasuk kejadian atau fenomena alam di sekitarnya. Kecerdasan seseorang seperti ini dapat didukung dengan kegiatan berkebun dengan mengamati pertumbuhan tanaman, memelihara hewan dan ternak. Mereka pada umumnya suka mengamati, mengidentifikasi dan memperhatikan, merawat dan berinteraksi dengan benda-benda alam, tumbuhan atau hewan. Selain itu, seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis senang untuk mempelajari siklus hidup tumbuhan dan hewan serta menikmati aktivitas di luar ruangan.

Sumber: pinterest 
Sumber: pinterest 

9. Kecerdasan ekstensial, ialah memiliki kepekaan yang mendalam dengan makna keberadaan manusia dan unsur lainnya, merasa nyaman membicarakan pertanyaan-pertanyaan serius dan berusaha untuk menemukan jawabannya.

Dengan pengetahuan mengenai berbagai macam kecerdasan anak, maka diharapkan orangtua atau siapapun dapat paham bahwa setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, tak bisa dilihat hanya dari satu bidang saja. Setiap orang yang tercipta oleh Tuhan dan kemudian dilahirkan ke dunia ini pasti memiliki kecerdasannya masing-masing. Karena kecerdasan atau talenta merupakan hadiah dari Tuhan (God's gift). Tuhan tak mungkin menciptakan manusia ke dunia tanpa apapun. Apabila boleh mengutip kata-kata dari Karlina Supelli, seorang filsuf dan astronomer wanita pertama di Indonesia, dari salah satu media sosial dimana beliau mengatakan, " ... seorang anak tercipta sebagai Ad Maiora Natus Sum, dimana mereka dilahirkan untuk hal-hal yang besar..." Beliau mengharapkan agar para orangtua menanamkan hal tersebut kepada anak-anaknya, agar anak memiliki rasa percaya diri yang dapat bertumbuh kembang dengan positif dan dapat menjadi dan melakukan hal-hal yang besar tersebut.

Sebagian besar orangtua menuntut anaknya untuk menjadi cerdas menurut standar masing-masing. Namun, tak ada salahnya para orangtua juga harus cerdas menyikapi kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki anak-anaknya sehingga orangtua dapat mendukung kemampuan mereka dengan sebaik mungkin dan kecerdasan yang dimiliki anak-anak dapat berkembang dengan baik dan suatu saat nanti dapat terwujud ad Maiora Natus Sum.

Melalui hari pendidikan ini, baik kita sebagai orangtua dan diri kita sendiri lebih memahami kecerdasan masing-masing maupun anak-anak kita. Dan diharapkan ke depannya tidak lagi kita  lihat, dengar atau kita baca dari berbagai media manapun tentang anak-anak yang depresi karena mereka merasa tidak berguna, tidak memiliki rasa percaya diri atau tidak dapat memenuhi tuntutan orangtuanya dan diperparah lagi dengan kejadian seorang anak bunuh diri karena permasalahan tersebut.

Dengan semakin pahamnya kita akan kecerdasan yang dimiliki oleh anak-anak kita, maka anak-anak Indonesia akan semakin berkembang positif dan pastinya pendidikan Indonesia akan semakin maju.

Sumber:

paudpedia.kemendikbud.go.id

detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun