Mohon tunggu...
Firstia Praruary
Firstia Praruary Mohon Tunggu... -

A readers try to be writers~ email : firstiaawiry77@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perkara Hati yang Patah

18 April 2016   17:40 Diperbarui: 18 April 2016   17:54 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Entah kenapa, setiap hari hampir selalu ada saja mereka yang japri saya hanya untuk sekedar curhat. Curhat masalah hidup dari yang serius sampe yang baper-baper gitu doang lah. Gak sedikit dari mereka yang curhat masalah kehidupan cinta. gak tau pada demen beud dah curhat sama sini. Lama-lama buka kelas konsultasi juga neh :p 

Simplenya begini, patah hati itu reaksi. Reaksi yang menunjukan kalau hati kita belum mati. Banyak-banyak bersykur kalau masih bisa ngerasain patah hati ? kenapa ? karena diluar sana banyak yang hatinya udah mati rasa. Aku selalu bilang sama mereka yang patah hati, bahwa ya nikmatin aja apa yang ada sekarang, rasain aja mumpung masih bisa tahu gimana rasanya. 

Gak ada yang salah dari orang yang jatuh cinta kemudian patah hati. Yang salah adalah kalau waktu yang ada digunakan untuk patah hati seumur hidup tanpa mau memaafkan diri sendiri dan gak mau berdamai dengan masa lalu. Patah hati itu reaksi. reaksi bahwa kamu masih manusia. 

Nikmatin aja, selagi masih bisa patah hati. Untuk mereka yang merasa patah hati adalah akhir dari segala. Percayalah, dimasa yang akan datang, seiring dengan hidup yang semakin berjalan, pilihan hidup yang mengharusnya untuk dewasa, dan seiring berjalanannya waktu, galau karena cinta gak bakal ada apa-apanya dibanding pilihan yang lebih berat lagi kedepannya. Satu yang pasti you deserve to be HAPPY.

 Patah hati itu kedewasaan. Belajar ikhlas kemudian menerima. Legowo terhadap hal-hal yang telah terjad dimasa lalu. Dari patah hati kemudian manusia akan belajar. Belajar menghargai apa yang masih menjadi hak milik agar ketika kehilangan dan terpatahkan lagi, kita sudah sempat melakukan hal-hal baik untuknya. Belajar menjadi lebih baik dari yang lalu untuk orang yang dirasa pantas untuk dibahagian kedepannya. belajar soal ikhlas dan menikmati pedih yang kemudian untuk ditertawakan dimasa depan.

 Tak perlu buru-buru untuk (terlihat) bahagia. Rasakan dengan baik-baik. Karena pada akhirnya yang kita butuhkan bukan hanya TERLIHAT bahagia. Tapi untuk MERASA bahagia. Bukannya begitu esensi hidup ? Soal bagaimana kita yang merasakan dan bukan bagimana kita untuk HANYA terlihat.

Nikmatin aja soal hati yang patah serta temannya yang bernama tangis. Sebelum akhirnya lo mati rasa. Karena ketika mati rasa lo akan lebih bingung ketimbang patah hati. Bingung kenapa waktu disakitin siapa aja lo bukannya sedih tapi malah ketawa.

So, well :) Selamat menikmati patah hati dan prosesnya. Bukannya itu gunanya punya sahabat ? Mengobati hati yang sedang patah-patahnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun