Mohon tunggu...
Firqah Annajiyah Mansyuroh
Firqah Annajiyah Mansyuroh Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Antasari Banjarmasin

Firqah Annajiyah Mansyuroh sehari-hari nya mengajar pada Fakultas Syariah dosen homebase pada program studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah), mediator non-hakim, sekaligus istri dan ibu. Peminatan tulisan non-fiksi pada bidang Hukum Islam serta isu-isu terkait dengan Islam, gender, sosial kemasyarakatan dan gaya hidup. Peminatan tulisan fiksi pada sajak dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Kesatuan Keindahan

23 November 2023   13:14 Diperbarui: 23 November 2023   13:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Satu Kesatuan Keindahan

oleh: Firqah Annajiyah Mansyuroh

Pernah kah kalian melihat bunga? Indah bukan? Kelopaknya yang berwarna cerah. Tangkainya yang tegap menyangga. Daunnya terkadang masih berembun. Harumnya yang semerbak. Pernahkah kalian berpikir bahwa mereka indah karena menjadi satu kesatuan? Bukan hanya satu kelopak. Atau daun saja. Atau tangkai saja. Atau wangi saja. Tetapi bunga yang lengkap, satu paket keindahan yang sempurna.

Begitu pula dengan cahaya matahari pagi yang menyatu dengan kabut yang masih betah berada di bumi, menyelinap disela rerumputan ilalang, membentuk siluet warna yang membuatmu mendecak kagum atas pagi yang indah. Membuat kau berkata inilah pagi. Tapi kalian jarang sadari. Bahwa pemandangan pagi yang kalian lihat adalah beberapa elemen yang melebur menjadi sesuatu yang lebih indah. Maksudku, tentu saja cahaya matahari indah, rumput ilalang indah, kabut pun indah. Namun, menyatukan  beberapa elemen belum tentu hasilnya indah. Ketika menjadi satu kesatuan, maka bagi ku itu lah keindahan yang sesungguhnya.

Konsep mengenai satu kesatuan ini berlaku untuk semua bagi ku. Termasuk kepada kita, manusia. Misalnya saja kalian melihat seseorang, manusia. Kalian mengagumi parasnya yang cantik, indah. Pernahkah kalian perhatikan. Ada banyak elemen dari paras manusia tersebut. Mata, hidung, mulut dan bahkan bintik di wajahnya. Bersatu menjadi satu kesatuan yang manis dan menyenangkan untuk dipandang. Lalu kalian mengenalnya, mulai mengenalnya. Ada dua kemungkinan bukan? Kalian akan semakin menyukai nya, atau kalian akan tidak lagi menyukai nya. Kenapa? Karena elemen lain akan mulai menyatu menjadi sosok yang membentuk dirinya. Caranya berjalan, berjingkrak, bertutur kata, bahkan caranya membaca sebuah buku yang kalian suka. Seperti itu lah elemen-elemen membentuk satu kesatuan, membentuk seseorang.

Misalnya saja, manusia, wanita, terlihat menyenangkan. Senyumannya, lesung di pipinya, atau mungkin caranya menggelengkan kepalanya. Lalu kalian mendengar nya berbicara. Terlalu kasar. Terlalu arogan. Menghentakkan kaki. Dan seketika kalian menyadari bahwa ia sama sekali tidak menyenangkan. Ia memang cantik, indah. Tapi kesatuan elemen yang ada dalam dirinya membuatnya terlihat lebih buruk dari yang terlihat diluar.

Manusia, laki-laki, terlihat menyeramkan. Tatapannya, caranya berjalan atau mungkin warna kulitnya. Lalu kalian melihat nya memeluk seseorang, ibunya? Entahlah, mungkin neneknya? Manis sekali. Dan seketika kalian menyadari bahwa ia sama sekali tidak menyeramkan. Ia baik, perhatian, peduli dan selalu tersenyum. Elemen dalam dirinya melebur menjadi sesuatu yang lebih indah dari yang terlihat diluar.

Dan seperti itulah satu kesatuan, dari satu per satu detail yang ada pada sesuatu, seseorang, menjadikan nya kurang indah, atau lebih indah. Sekarang kalian mengerti?
Bahwa yang terpenting adalah keindahan satu kesatuan, bukan satu demi satu. Bahwa setiap kita memiliki banyak elemen untuk dipoles, ditambahkan, atau dibuang untuk menciptakan sesuatu, seseorang, yang lebih indah. Bukan lantas menjadikannya kurang indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun