Dalam dunia pendidikan banyak sekali istilah yang salah diartikan oleh kebanyakan orang. Contoh hal yang sederhana adalah istilah mengajar. Banyak sekali orang disekitar kita mengartikan, kalau mengajar hanyalah tugas dari seorang guru. Sejatinya pemahaman semacam itu tidaklah salah sepenuhnya, tetapi pemahaman semacam itu hanya membuat sempit pengertian dari kata mengajar. Lalu bagaimana cara memaknai kata mengajar dengan tepat? Apakah benar guru hanya bertugas mengajar saja? Nanti kita akan membahasnya secara detail.
Secara lintas sejarah, guru senantiasa menjadi orang yang memegang peranan penting dalam perkembangan sebuah peradaban. Tidak hanya di dunia pendidikan saja, namun juga hampir di seluruh sendi kehidupan. Dalam sejarah Mesir kuno, misalnya guru-guru itu adalah filsuf yang menjadi penasihat raja. Kata-kata guru menjadi pedoman dalam memimpin sebuah negara. Dalam zaman kegemilangan falsafah Yunani, Socrates, Plato, sampai Aristoteles adalah guru-guru yang mempengaruhi perjalanan hebat sejarah Yunani.
Dalam konteks pendidikan Islam, guru dikenal dengan pendidik, yang merupakan terjemahan dari berbagai kata, yakni murrabi, mu'alim, dan mu'adib. Dari ketiga kata tersebut memiliki kesamaan makna, namun mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan konteks kalimatnya. Walaupun seperti itu, ketiga kata tersebut relevan dengan konsep pendidikan Islam.
Peranan penting seorang guru dalam menjalankan tugasnya, yang tidak hanya mengajar, akan tetapi juga terdapat tugas penting dalam dunia pendidikan, yaitu mendidik, membimbing, dan melatih. Itulah mengapa guru harus mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas, termasuk metode, tehnik, serta strategi dalam mengajar, mendidik, membimbing, dan melatih para siswa. Dengan menguasai berbagai macam metode, seorang guru dapat mengantarkan anak didiknya menjadi siswa yang sukses dan berhasil. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk terus belajar menjadi guru yang baik.
Sekarang yang menjadi pertanyaan selanjutnya, seperti apakah guru yang baik itu? Sampai saat ini, belum ada pedoman baku mengenai kriteria guru yang baik. Namun setidaknya, guru yang baik dapat dilihat dari dari caranya dia mengajar di kelas, kemampuannya mengarahkan peserta didik tentang mempelajar suatu hal, atau kepiawaiannya membuat peserta didik menjadi seorang pembelajar yang sejati. Lalu bagaimanakah cara untuk bisa menjadi guru yang seperti itu? Ya sekali lagi, seorang guru harus banyak belajar. Jangan sampai berhenti untuk belajar banyak hal. Belajar bagi seorang guru tentu saja tidak hanya melulu dari buku, tetapi juga belajar dapat dilakukan dengan cara mengambil hikmah (inspirasi) dari guru-guru hebat pada masa sebelumnya (masa lampau). Dan salah satu guru yang kita patut dijadikan inspirasi, rujukan, serta mengikuti metode dan strateginya dalam mengajar adalah Sang Maha Guru sejati, yakni Nabi Muhammad SAW.
Bagi Nabi Muhammad SAW, menjadi guru merupakan tugas kerasulan yang harus beliau emban. Hal ini sudah di persiapkan oleh Alloh SWT, sesuai dengan firman-Nya pada Q.S. Al Jumu'ah ayat 2
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (sunnah). Dan, sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata"
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga telah memberitahukan kepada sahabat serta kaumnya jika Beliau diutus oleh Alloh SWT untuk menjadi pendidik bagi kaumnya. Seperti yang dituliskan oleh Mu'awiyah Bin Hakam,
"Aku belum pernah melihat seorang pendidik yang lebih baik dari beliau, baik sebelum maupun sesudahnya". (HR. Muslim)
Nabi Muhammad SAW telah bersungguh-sungguh dalam mendidik para sahabat dan generasi muslim dengan cara yang lemah lembut namun tegas. Hingga mereka memiliki kesempurnaan akhlak, kesucian jiwa, dan karakter yang bersih.