Masjid Tegalsari didirikan sekitar pada abad ke 18. Masjid ini terletak di RT/RW. 01/01, Dukuh Gendol, Desa Tegalsarri, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo.Â
Masjid Tegalsari ini merupakan peninggalan Kyai Ageng Hasan Besari, beliau merupakan seorang ulama besar, sakti, kuat yang hidup sekitar tahun 1742 pada zaman pemerintahan Pakubuwono II.Â
Jarak dari pusat kota Ponorogo hingga Masjid Tegalsari ini sekitar 12 kiilometer. Untuk menuju ke desa Tegalsari ini bisa menggunakan becak atau dokar mulai dari jalan raya depan pasar jetis, karena akses untuuk menuju ke masjid ini jalannya kecil tidak muat untuk kendaraan seperti bis dan sebagainya. Masjid Tegalsari ini sekarang dijadikan cagar budaya oleh pemerintah serta menjadi wisata religius.Â
Bangunan Masjid ini masih tegolong asli kecuali mimbar kayu masjid tegalsari. Peninggalan mimbar ini sudah rusak karena termakan usia, mimbar yang sekarang terdapat di dalam masjid tersebut merupakan duplikat dari mimbar yang asli.Â
Arsitektur dari masjid tegalsari ini memiliki langgam Jawa Kuno yang terdiri 3 bangunan yang saling berdekatan, bangunan masjid ini beratap tajug tumpang 3. Didalam  masjid ini terdapat 4 buah saka guru, 12 sakarawa, dan 24 saka pinggir penyangga. Pilar- pilar kayu jati di dalam  masjid ini berjumlah 36 buah. Menurut juru masjid ini, jumlah 36 tiang ini menggandung arti jumlah walisongo (3+6=9). Kompleks Masjid Tegalsari ini terdiri dari 3 bagian, antara lain yaitu :
- Dalem Gede atau Dalem Njero : dulunya merupakan pusat pemerintahan
- Masjid Tegalsari
- Kompleks makam Kyai Ageng Hasan Besari.
Masjid Tegalsari ini merupakan pusat penyiaran agama islam terbesar di Ponorogo yang syiarnya hingga lereng gunung lawu. Didirikannya masjid ini juga bebarengan dengan didirikannya pondok pesantren yang santrinya berasal dari seluruh tanah jawa. Santri-santrinya yaitu Pakubuwono II, Ronggowarsita, Pangeran Diponegoro, dan H.O.S. Cokroaminoto.Â
Adanya Pakubuwono II ini di desa tegalsari merupakan salah satu faktor adanya masjid ini. Waktu itu Keraton Mataram di Kartosuro terjadi "Geger Pacinan" dipimpin oleh Raden Mas Garendi yang dapat menduduki istana.Â
Paku Buwono II saat itu mengungsi ke Ponorogo singgah di Desa Tegalsari. Beliau menyusun kekuatan dan dapat memadamkan pemberontakan. Sebagai balas budi Desa Tegalsari dijadikan perdikan dan kepala desanya bergelar Kyai AgengÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H