Pemerintah di berbagai negara, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan yang semakin kompleks di tengah perubahan global yang dinamis pada tahun 2024 dan 2025. Isu-isu seperti perubahan iklim, digitalisasi ekonomi, ketahanan pangan, dan geopolitik menjadi fokus utama. Dalam konteks ini, pembangunan kapasitas pemerintahan menjadi elemen penting untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut. Namun, pertanyaan mendasar adalah sejauh mana pemerintah dapat mengoptimalkan kapasitasnya untuk menjawab tuntutan zaman?
Salah satu isu utama yang menjadi perhatian adalah perubahan iklim. Pemerintah harus mampu merancang kebijakan mitigasi dan adaptasi yang tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif. Tantangan ini membutuhkan sinergi lintas sektor dan tingkat pemerintahan, mulai dari pusat hingga daerah. Langkah-langkah konkret, seperti pengelolaan energi terbarukan, reboisasi, dan regulasi ketat terhadap emisi karbon, menjadi kunci. Namun, sering kali implementasi kebijakan ini terhambat oleh kurangnya kapasitas teknis dan koordinasi yang memadai di tingkat lokal.
"Kebijakan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim harus dikelola dengan pendekatan komprehensif dan terkoordinasi. Jika pemerintah tidak bergerak cepat, dampaknya akan sangat merugikan berbagai sektor, termasuk pertanian, energi, dan infrastruktur," ujar Direktur Eksekutif Yayasan Lingkungan Hidup Indonesia, Andi Wijaya, dalam keterangannya kepada media pada Minggu (12/1/2025). Ia juga menekankan pentingnya dukungan internasional untuk membantu negara-negara berkembang dalam menangani krisis iklim yang kian mendesak.
Selain itu, era digitalisasi ekonomi membawa tantangan baru bagi pemerintah. Pengembangan teknologi kecerdasan buatan, blockchain, dan otomatisasi industri memerlukan kebijakan yang seimbang antara inovasi dan perlindungan tenaga kerja. Pembangunan kapasitas pemerintah di bidang ini mencakup peningkatan literasi digital bagi para aparatur negara, pembaruan regulasi, serta penguatan infrastruktur digital di wilayah terpencil. Jika tidak diantisipasi dengan baik, kesenjangan digital dapat memperlebar ketimpangan sosial-ekonomi di masyarakat.
"Kami melihat bahwa literasi digital menjadi fondasi utama dalam menghadapi era disrupsi teknologi. Aparatur sipil negara harus diperlengkapi dengan keterampilan yang relevan agar dapat merancang kebijakan yang adaptif terhadap perubahan zaman," ungkap Rektor Universitas Teknologi Nusantara, Prof. Dian Suryani, dalam forum diskusi bertajuk "Transformasi Digital di Sektor Publik" pada Jumat (10/1/2025). Menurutnya, pembangunan infrastruktur teknologi di wilayah terpencil juga menjadi prioritas yang tidak bisa ditunda lagi.
Ketahanan pangan juga menjadi sorotan penting. Dengan pertumbuhan populasi yang terus meningkat, pemerintah dituntut untuk memastikan ketersediaan pangan yang mencukupi dan berkualitas. Krisis iklim, degradasi lahan, dan fluktuasi harga global semakin memperumit upaya ini. Pemerintah perlu membangun kapasitas dalam bidang agrikultur berkelanjutan, seperti pengembangan teknologi pertanian presisi, diversifikasi pangan lokal, dan peningkatan rantai pasok yang efisien. Sayangnya, tantangan ini sering kali diperparah oleh minimnya anggaran dan kapasitas sumber daya manusia di sektor terkait.
Di sisi lain, dinamika geopolitik global memengaruhi stabilitas pemerintahan domestik. Ketegangan antara negara-negara besar, seperti konflik di Asia Timur dan persaingan ekonomi antara blok Barat dan Timur, memiliki dampak langsung pada kebijakan luar negeri Indonesia. Pemerintah dituntut untuk memperkuat kapasitas diplomasi dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional agar tidak terpinggirkan dalam percaturan global. Pelatihan bagi diplomat muda, peningkatan penguasaan bahasa asing, serta penguatan kerja sama multilateral menjadi strategi yang perlu dioptimalkan.
Partisipasi masyarakat juga menjadi aspek penting dalam pembangunan kapasitas pemerintahan. Transparansi, akuntabilitas, dan keterlibatan publik dalam proses pengambilan keputusan dapat meningkatkan legitimasi pemerintah. Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk membuka ruang dialog yang lebih luas antara pemerintah dan warga negara. Namun, tantangan berupa berita palsu dan polarisasi opini publik di media sosial harus diantisipasi dengan kebijakan yang bijak dan edukasi literasi digital yang masif.
Untuk menjawab semua tantangan ini, investasi pada sumber daya manusia menjadi keharusan. Pelatihan berkelanjutan, rekrutmen berbasis kompetensi, dan insentif untuk kinerja yang baik adalah beberapa langkah konkret yang dapat diambil. Selain itu, reformasi birokrasi yang mendorong efisiensi dan inovasi juga perlu terus dilanjutkan. Pemerintah tidak hanya harus bekerja lebih cerdas, tetapi juga lebih kolaboratif dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan organisasi non-pemerintah.
Tahun 2024 dan 2025 adalah momen krusial bagi pemerintah untuk menunjukkan kapasitasnya dalam menghadapi tantangan yang ada. Dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, bukan tidak mungkin pemerintah dapat menjadi motor penggerak perubahan yang positif bagi masyarakat. Pembangunan kapasitas pemerintahan bukan hanya tentang memperbaiki sistem, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI