Membaca dan merenungkan Bacaan Injil hari ini (Mark. 4:35-41) , membawa sya ada refleksi tentang simbol yang dipakai dalam rangka 100 tahun kehadiran Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria (SSCC) Provinsi Indonesia.
Dalam permenungan dan refleksi pribadi, saya mencoba menempatkan kisah perjalanan para murid dalam perahu dengan perjalanan kita sebagai kongregasi selama seratus tahun ini dan perjalanan panggilanku. Provinsi kita ini diibaratkan seperti Perahu dan saya adalah bagian dalam perahu ini.
Saya melihat diri saya juga punya pengalaman sebagaimana yang dialami para murid. Bahwa pada titik tertentu/ pada situasi tertentu, bahkan dalam episode tertentu dalam perjalanan hidup panggilan ini tentu ada situasi yang membawa saya pada rasa pesimis, bimbang, takut dan cemas.
Namun dalam kapal itu saya menemukan bahwa saya tidak sendirian melainkan ada saudara yang hadir dan memberi kekuatan serta peneguhan untuk saya. Saya membayangkan apabila semua yang ada dalam kapal itu sama-sama bimbang, pesimis dan takut, mungkin agak sulit bagi saya utk bertumbuh, berkembang dan melangkah lebih jauh. Begitupun dengan arah perjalanan perahu ini. Akan tetapi, sebagaimana yang dilakukan oleh para murid, saya dan kita pun harus berseru pada Tuhan melalui doa, Ekaristi dan Adorasi sebagai permohonan untuk membantu kita menghadapi badai yang menerjang perahu hidup dan panggilan kita.
Seruan permohonan kita adalah wujud iman dan keyakinan bahwa ada Tuhan yang selalu  hadir dalam perahu perjalanan kita ini. Apapun bentuk tantangan dan badai yang menghampiri, baik dari dalam maupun dari luar, kita semua memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghadapinya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, sembari memohon pengertian dan kebijaksanaan dari Tuhan sendiri.
Maka yang dituntut dari diri saya adalah soal kepercayaan/iman kepada Nya. Dengan demikian Figur Daud menjadi contoh yang baik. Ketika ia jatuh dalam dosa dan mendapat cobaan, tampil sosok Natan yang memberikan teguran dan nasehat yang sangat konstruktif demi pembaruan diri Daud. Di samping itu, Daud juga tidak lari atau menyembunyikan diri dari harapan Tuhan, melainkan berani mengahadap Tuhan dengan puasa dan doa untuk memulihkan relasi nya dengan Tuhan dan sesama.Â
Gambaran kisah Daud dan Natan memberi inspirasi serta meneguhkan kembali pengalaman saya selama perjalanan ini bahwa akan selalu ada sesama saudara yang memberikan nasehat, teguran dan arahan yang baik demi perkembangan dan pertumbuhan diri saya.
Maka refleksi saya ini menghantar saya pada permenungan akan sinodalitas/perjalanan  saya bersama di komunitas dan kongregasi ini, bahwa Tuhan dan saudara akan membantu diriku bertumbuh dan berkembang. Oleh karena itu pesan sponsor, saya dan kita semua punya andil selama perjalanan bersama ini, demi pembaruan, pertumbuhan dan perkembangan diri kita masing-masing maupun sesama atau rekan. Kalau kita tidak menjadi berkat janganlah menjadi penghalang/penghambat bagi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H