Humanity in diversity
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia pasti akan membutuhkan orang lain sepanjang perziarahan hidupnya di dunia ini. Hal ini terbukti dan terlihat jelas dari seorang bayi, ia membutuhkan orang tuanya dalam masa pertumbuhan dan perkembangaannya hingga dewasa. Demikian pun orang yang sudah dewasa, ia juga membutuhkan sesamanya untuk bertumbuh menjadi manusia yang utuh dan bermakna.
Walaupun kenyataan kadang memperlihatkan bahwa hidup bersama selalu tidak mudah. Dimana ketika kita berekspektasi agar hidup bersama selalu damai dan harmonis, tetapi realitas memperlihatkan sering terjadi konflik, rasa saling curiga, permusuhan bahkan timbul kekerasan karena perbedaan.Â
Memang manusia itu unik dan berbeda, tetapi perbedaan dan keunikan bukanlah penghalang untuk hidup bersama. Sebaliknya kehidupan bersama akan semakin indah dan bermakna jika yang unik dan berbeda itu saling mencintai, bersaudara dan saling membantu untuk menjaga kesatuan, keharmonisan dan kedamaian di dalam kebersamaan.
Kedamaian dan keharmonisan didalam hidup bersama yang plural bukanlah sekadar sebuah imajinasi dan ekspetasi. Mereka menjadi nyata ketika itu diperjuangkan dan diwujudnyatakan melalui perbuatan-perbuatan konkret. Kadang konflik itu tumbuh karena kita tidak mau membuka diri untuk menerima dan mencintai mereka yang berbeda dengan kita.Â
Selain itu, kita juga menutup diri untuk mengakui dan belajar dari sesama yang kita anggap di luar diri kita. Bahkan, kita bisa berpikir bahwa yang berbeda itu menjadi ancaman yang berbahaya.Â
Akan tetapi, sebaliknya jika kita mampu membuka hati dan memberi ruang bagi sesama yang berbeda dengan kita, sesungguhnya kita akan menemukan kebaikan, cinta kasih, rasa kemanusiaan dan percikan Tuhan didalam diri sesama yang kadang kita asingkan sebagai 'liyan'/yang lain.
Kamis, 9 November2023, tujuh frater persiapan kaul kekal dari Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria (SSCC) dan Rm. Yose Rianghepat, SSCC, menjalani program experince inter-religious di Provinsi Tangerang Banteng. Â Bersama Rm. Felix Supranto, SSCC dan Bapa Haji Mohamad Ardahan, kami mengunjungi dan berdinamika bersama teman-teman di Pesantren (Pondok Pesantren Daarul Fallaiyyah).
Kami diberi kesempatan untuk mengajar bahasa Inggris kepada mereka. Pelajaran bahasa Inggris tidak dibuat dalam suasana yang kaku, melainkan lebih pada dinamika dan percakapan yang dikemas dalam bahasa Inggris. Tujuannya agar membiasakan teman-teman untuk menggunakan atau berbicara dalam bahasa Inggris.Â