Mohon tunggu...
Firma Sutan
Firma Sutan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu, pendidik dan penulis. Baru menghasilkan sekitar 40 buku, kebanyakan bertema matematika dan genre bacaan anak. Dia pun berbagi di firmasutan.blogspot.com dan pintarmatematika.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Potensi Wisata Tambang di Cikotok

9 Januari 2014   12:30 Diperbarui: 4 April 2017   17:21 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah bagian kedua dari cerita tentang Cikotok saat ini. Cerita bagian pertamanya bisa dibaca di sini.

Seperti sudah diceritakan sebelumnya, Cikotok saat ini sudah ditinggalkan oleh PT Aneka Tambang. Tapi potensi emas di daerah ini sebenarnya belum berakhir. Buktinya masih banyak terdengar cerita kesuksesan penambang emas liar yang menemukan hasil galian dengan kandungan emas tinggi.

Mungkin timbul pertanyaan, jika demikian mengapa PT Antam meninggalkan Cikotok kalau memang ternyata masih mengandung emas? Seperti halnya industri lain, industri pertambangan pun tentu saja menerapkan prinsip ekonomi dalam menentukan untung rugi jalannya perusahaan. Walaupun daerah ini terbukti masih bisa menghasilkan emas, tapi secara ekonomis tidak menguntungkan untuk dikelola. Dengan kata lain potensi kandungan emasnya sudah tidak layak secara industri.

Kini Cikotok pun sepi dari hiruk pikuk pekerja tambang. Beberapa mess dan perumahan yang tadinya dipenuhi karyawan, kini terlihat kosong tak terawat. Beberapa dialihfungsikan untuk kepentingan masyarakat sekitar termasuk bekas kantor Unit Pengolahan Emas Cikotok PT Antam yang kini berubah menjadi bangunan SMKN 1 Cibeber.

[caption id="attachment_305006" align="aligncenter" width="586" caption="Penulis menyempatkan diri berfoto di depan mess geologi di Pasir Laban yang kini tak terpakai lagi."][/caption]

Sebenarnya geliat pertambangan tidak sepenuhnya lenyap dari tempat ini. Beberapa gurandil (sebutan untuk penambang emas liar atau PETI/ penambang emas tanpa izin) masih terlihat mondar-mandir. Baik ketika berbelanja, mengangkut logistik ke lokasi lubang penggalian maupun mengangkut karung-karung hasil penggalian.

Mengingat nama besar Cikotok yang sudah tertanam di sebagian besar masyarakat Indonesia serta geliat pertambangan yang masih berdenyut, tak ada salahnya menjadikannya sebagai salah satu destinasi tujuan wisata pertambangan.

Beberapa peninggalan seperti mesin-mesin dan aset bangunan bisa dijadikan sarana pembelajaran dan pengenalan dunia tambang pada generasi muda. Wisatawan pun dapat diajak untuk mengunjungi beberapa lubang tambang, tentu saja dengan memastikan keamanannya terlebih dahulu. Kegiatan penambangan yang dilakukan rakyat juga bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi wisatawan.

[caption id="attachment_305007" align="aligncenter" width="550" caption="Dulu ini adalah 'lift' yang membawa pekerja masuk ke terowongan tambang di bawah tanah."]

1389245059832418413
1389245059832418413
[/caption] [caption id="attachment_305009" align="aligncenter" width="586" caption="Konon dulu di sini terdapat 'conveyor belt' yang digunakan untuk mengangkut hasil penggalian dari terowongan tambang ke pabrik pengolahan di Pasir Gombong"]
13892452781817174629
13892452781817174629
[/caption] Selain itu, Cikotok memiliki alam cukup indah dan udara sejuk. Jalan berkelok dan naik turun, khas daerah pesisir selatan Pulau Jawa memberikan pemandangan indah bagi mata.

Apabila Cikotok bisa menjadi destinasi wisata pertambangan, tentunya ini dapat mendatangkan keuntungan bagi warga sekitar. Bukan tidak mungkin, ‘emas’ dalam bentuk lain kembali memakmurkan masyarakat Cikotok.

sumber foto : pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun