Penulis : Firma Sutan (no. 327)
Sudah beberapa minggu ini, Raja Seloka tidak bisa tidur. Berbagai cara sudah dicoba namun tak ada satu pun yang berhasil. Tabib istana bahkan sudah membuatkan ramuan untuk membantu raja agar bisa tidur, tetapi hasilnya sia-sia. Raja Seloka tetap tidak bisa tidur.
Karena tidak bisa tidur, Raja merasa lemas. Banyak tugas kerajaan yang akhirnya tertunda.
Pagi itu, ketika raja memandang keluar dari jendela istana terlihat kesibukan di sekeliling istana. Jalan-jalan ramai oleh kereta kuda dan orang-orang yang berjalan kaki. Di halaman istana nampak kesibukan beberapa pegawai kerajaan. Tapi ….
“Heh…apa itu ?” gumam raja lirih. Di pojok halaman istana, di suatu tempat tersembunyi dekat pohon beringin besar, raja melihat seseorang yang tidur di samping kereta kuda kerajaan. Tidurnya nyenyak sekali. Penasaran dengan pemandangan itu, raja lalu turun menghampiri. Diperhatikannya wajah orang itu. Raja Seloka mengenalinya sebagai Pak Kadi, kusir kereta kerajaan.
Pak Kadi nampak tidur dengan tenang dan damai. Melihat itu, timbul rasa iri di hati Raja. Ingin rasanya dia dapat tidur setenang dan sedamai itu. Raja lalu menyentuh bahu Pak Kadi. Tidak ada reaksi. Bahkan ketika Raja menggoyang pelan bahunya, Pak Kadi hanya menggeliat sambil menepiskan tangan Raja. Raja kesal, segera dihentakkannya badan Pak Kadi sambil memanggilnya keras.
Pak Kadi terbangun. Dengan gugup dia duduk dan menghaturkan sembah pada Raja Seloka.
“Maaf Tuanku, saya ketiduran… “
Raja yang semula ingin marah jadi teringat niat semula membangunkan Pak Kadi. “Apa rahasiamu dapat tidur lelap seperti tadi ? Beritahukan padaku caranya ! Kalau berhasil, kamu saya kasih hadiah. Sebaliknya kalau gagal, kamu akan dihukum karena telah lalai. Kamu tidur di saat kamu seharusnya bekerja.”
Pak Kadi bingung apa yang harus dilakukannya. Sejenak dia berpikir ,“Ampun Tuanku, sebaiknya Tuan mencoba bantal ajaib. Bantal ini dapat membantu Tuan tidur nyenyak.”
“Sekarang dimana bantal itu ?” tanya Raja Seloka penasaran.
“Di rumah saya, Tuan. Tapi sebelum Tuanku Raja menggunakan bantal itu, ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi agar keinginan Tuan terkabul. Kalau syarat tersebut tidak dipenuhi, saya terus terang tidak bisa membantu Tuan. Biarlah saya dihukum saja.”
Tanpa berpikir panjang, Raja mengangguk setuju.
“Permintaan saya sederhana saja Tuan. Tuan harus meninggalkan istana beberapa hari ini dan mengikuti saya.”
“Bagaimana mungkin? “ bantah raja, “Kamu tahu banyak pekerjaanku tertunda karena badanku yang lemas tidak bisa tidur berhari-hari. Sekarang kalau aku harus libur lagi, pekerjaanku akan makin menumpuk .”
“Apa boleh buat Tuan. Hanya itu syaratnya.”
Akhirnya dengan berat hati Raja menyetujui syarat itu. Raja lalu berganti pakaian dan mengikuti Pak Kadi.
Hari pertama, mereka membantu menanami sepetak kebun milik seorang janda tua renta yang hidup sendirian. Dia tidak memiliki harta selain kebun tersebut. Menjelang sore, pekerjaan tersebut selesai. Berdua mereka kembali ke rumah Pak Kadi. Pak Kadi menyodorkan sebuah bantal.
“Inilah bantal ajaib itu. Silakan Tuanku tidur di sini. "
Raja mengambil bantal tersebut dan merebahkan kepalanya. Terasa kasar, tapi Raja tidak peduli karena rasa capek seharian bekerja membuatnya ingin segera tidur. Malam itu, Raja tidur cukup nyenyak.
Keesokan paginya, Pak Kadi mengajak Raja memperbaiki rumah tua seorang anak yatim piatu. Malamnya, raja tidur lebih nyenyak dari malam sebelumnya.
Di hari ketiga, Pak Kadi dan Raja memperbaiki sebuah jembatan putus. Setelah memperbaiki jembatan itu mereka lalu beristirahat di bawah pohon. Tiupan angin semilir dan suara air sungai mengalir mengantarkan Raja ke alam mimpi. Raja tertidur lelap !
Waktu terus berlalu, malam kini datang menjelang. Tak terasa Raja telah tidur sejak siang hingga pagi keesokan harinya. Ketika bangun, Raja melihat Pak Kadi dengan setia masih menjaganya.
“Heh…aku tidur tanpa bantal ajaib ,” gumam Raja terkejut.
“Maafkan saya, Tuan, “ kata Pak Kadi sambil tersenyum. “Memang bukan bantal ajaib yang membuat Tuan tidur tenang. Bantal ajaib itu hanya bantal biasa. “
“Kalau begitu, apa yang membuat saya dapat tidur tenang selama tiga hari ini?”
“Rahasianya adalah pikiran yang tenang dan keikhlasan bekerja. Selama tiga hari ini, pikiran Tuan tidak dibebani dengan pekerjaan. Tuan merasa jadi lebih santai. Selain itu, keikhlasan Tuan bekerja membantu orang lain juga mendatangkan kedamaian. Rasa capek karena bekerja telah terbayar dengan keikhlasan dan tidur yang tenang,” kata Pak Kadi bijak.
Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H