Mohon tunggu...
Firman Adi
Firman Adi Mohon Tunggu... Insinyur - ekspresi sederhana

arek suroboyo yang masih belajar menulis. nasionalis tak terlalu religius. pendukung juventus sekaligus liverpudlian. penggemar krengsengan, rawon dan tahu campur.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Daring (Seharusnya Tak) Bikin Pusing

29 Juli 2020   13:21 Diperbarui: 30 Juli 2020   09:44 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di masa pandemi ini, untuk bidang pendidikan Pemerintah memutuskan tetap memulai tahun ajaran baru dengan sistem pembelajaran daring/online. Hal ini tentu saja menjadi pilihan yang paling aman untuk mencegah penyebaran covid-19. Tapi apakah sistem belajar daring ini efektif untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta didik? Banyak orang tua bahkan mungkin guru yang merasa pusing dengan metode pembelajaran daring ini. Dari pengalaman yang dihadapi, penulis mencoba menganalisa dari apa yang dialami oleh anak2 penulis yang bersekolah di SDN dan SMPN di Surabaya.

Di Surabaya khususnya di beberapa sekolah SD dan SMP Negeri, yang terjadi dengan sistem pembelajaran daring adalah antara lain :

  • Tidak ada pembelajaran daring berupa penjelasan materi oleh guru. Di awal tahun ajaran, guru sempat membuat kelas online menggunakan beberapa aplikasi (zoom, google meet dsb.), tapi kemudian tidak dimanfaatkan untuk penjelasan materi secara daring.
  • Yang ada hanya pemberian tugas-tugas secara online tanpa ada pemberian penjelasan materi oleh guru. Guru hanya memberikan link URL dimana siswa harus mengerjakan tugas-tugas yang terdapat di laman URL tersebut. Setelah dikerjakan dan mensubmit jawaban, siswa mendapatkan nilai. Beberapa soal yang diberikan pun menurut penulis juga memiliki kunci jawaban yang tidak sesuai dan serta tidak ada penjelasan sama sekali ketika siswa mencoba mengkonfirmasi ke guru terkait jawaban soalnya via group di aplikasi pesan instan. Belum lagi adanya beberapa soal yang diberikan oleh guru tidak memiliki kesesuaian antara pertanyaan dengan opsi jawabannya.
  • Tidak ada jadwal pembelajaran yang teratur baik dari sisi waktu maupun jadwal mata pelajarannya. Di hari pertama saja guru memberikan instruksi agar siap setiap jam 7 pagi untuk menerima pembelajaran online. Tapi yang terjadi kemudian guru memberikan tugas-tugas online tanpa jadwal  yang rutin. Ada yang tiba-tiba jam 14.00 baru memberikan tugasnya dan dibatasi durasi submit jawabannya, padahal dari pagi sudah ditunggu oleh siswa.

Itu baru permasalahan pembelajaran online dari sisi sekolah dan tenaga gurunya. Belum lagi permasalahan yang muncul dari sisi peserta didik yang diantaranya :

  • Keterbatasan device / perangkat yang tidak semua peserta didik memiliki dan serta memadai secara spesifikasi.
  • Keterbatasan paket data untuk mengakses pembelajaran online yang implikasinya adalah biaya ekstra yang harus dikeluarkan peserta didik atau harus mencari akses WIFI gratis yang kemudian peserta didik harus keluar rumah dan jika tidak diikuti dengan protokol kesehatan yang ketat akan beresiko tinggi pada penyebaran wabah covid-19.
  • Karena tidak adanya pemberian materi yang proporsional dari guru, akhirnya orang tua merasa  kesulitan memberikan bantuan kepada anaknya untuk mengerjakan tugas-tugas daring dari rumah. Beberapa orang tua yang mempunyai cukup waktu dan kreatifitas (serta paket data yang cukup), melakukan inovasi untuk mengatasi hal ini dengan mendorong anaknya untuk membaca buku paket milik peserta didik, browsing internet ataupun mencari video pembelajaran di apikasi video sharing untuk membantu anaknya menyelesaikan masalah.
  • Beberapa orang tua sudah mulai bekerja di kantor karena sudah dimulainya Adaptasi Kebiasaan  Baru (AKB) / New Normal  sehingga tidak bisa menemani anaknya dalam sistem pembelajaran daring.

Dari permasalahan-permasalahan di atas yang sepertinya yang terjadi adalah ketidaksiapan semua pihak tetapi kemudian tidak ada antisipasi yang cukup untuk mengatasi ketidaksiapan akibat pandemi ini diantaranya di aspek :

  • Infrastruktur Teknologi Informasi yang tidak memadai baik dari sisi ketercakupan wilayah, kecepatan yang cukup dan ketersediaan perangkat. Hal ini terjadi di dua sisi baik di sekolah maupun peserta didik. Kenapa guru tidak melakukan pembelajaran online berupa penyampaian materi untuk anak didik dengan skedul yang teratur, bisa jadi karena tidak ada bandwidth yang cukup di jaringan internet milik sekolah.
  • Gagap Teknologi di dua sisi yaitu guru maupun peserta didik. Bisa jadi guru tidak punya cukup kemampuan untuk membuat materi-materi pembelajaran online dan mempresentasikannya secara daring. Termasuk di sisi orangtua dan peserta didik yang tidak cukup memiliki kemampuan berinteraksi secara daring via aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran online.
  • Komitmen yang tidak cukup kuat baik dari sekolah, tenaga pendidik, peserta didik maupun orang tua. Pihak sekolah dan guru (dalam hal ini sekolah negeri) tidak diberikan reward punishment yang cukup oleh Pemerintah c.q. Departemen Pendidikan sehingga tidak memaksa dirinya untuk memberikan materi pembelajaran yang proporsional untuk para peserta didik. Hal ini terlihat kontradiktif, karena di sisi lain beberapa sekolah swasta ternama di Surabaya, masih cukup mempu melakukan inovasi-inovasi pembelajaran daring dengan pemberian materi yang proporsional kepada para siswanya. Hal ini terjadi bisa karena mentalitas gurunya yang baik diiringi reward yang sesuai serta ancaman punishment untuk kinerja guru yang tidak memenuhi standar.  

Untuk mengatasi permasalahan yang muncul, hal-hal yang bisa dilakukan Pemerintah diantaranya :

  • Melalui sinergi Menteri Pendidikan, BUMN dan Kominfo, bisa dilakukan kerjasama untuk meningkatkan infrastruktur jaringan internet di tiap-tiap institusi pendidikan sekolah negeri. BUMN yang ada (Telkomsel, Telkom, PLN dengan Icon+, dll.) serta beberapa provider internet swasta bisa diajak berkonstribusi untuk meningkatkan infrastruktur TI dengan skema pendanaan yang win-win solution. Toh nantinya infrastruktur ini jika terus dipertahankan dan dikembangkan bisa sangat bermanfaat bagi institusi pendidikan milik pemerintah.
  • Meningkatkan skill para tenaga guru serta memberikan reward punishment yang proporsional untuk mendorong mereka memberikan materi via daring kepada peserta didik. Mungkin saatnya guru atau sekolah mengadaptasi sistem pembelajaran visual  melalui presentasi dan video yang menarik yang tentu membutuhkan skill guru yang mumpuni atau setidaknya pihak sekolah sudah menyediakan modulnya. Guru-guru yang ada sekarang yang tidak mengikuti perkembangan teknologi  informasi, tentu kesulitan mengimplementasikan hal ini. pemerintah seharusnya memberikan reward untuk guru-guru yang inovatif tetapi di sisi yang lain harus memberikan training yang memadai serta memberikan punishment untuk guru-guru yang tidak memiliki komitmen untuk mendidik.
  • Memberikan bantuan subsidi paket data untuk para peserta didik yang membutuhkan serta menyediakan perangkat di sekolah agar beberapa siswa yang tidak memiliki akses pada perangkat bisa tetap belajar secara daring dengan datang ke sekolah dan memanfaatkan perangkat milik sekolah dengan pemberlakuan protokol kesehatan pencegahan penyebaran covid-19 yang ketat.

Semoga di masa pandemi ini, jika dilaksanakan dengan benar serta komitmen yang kuat dari Pemerintah, sekolah, guru, orang tua dan peserta didik, pembelajaran daring ini menjadi solusi sementara yang efektif untuk meningkatkan kualitas peserta didik sekaligus mencegah penyebaran covid-19.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun