Kemudian muncul penugasan Pemerintah kepada beberapa BUMN yang semula hanya sebagai kontraktor di bidang konstruksi untuk juga ikut bergerak berinvestasi di bidang jalan tol sebagai investor. PT Hutama Karya (melalui PT HK Infrastruktur), PT Waskita Karya (melalui PT Waskita Toll Road) adalah BUMN yang mendapat penugasan ini mendampingi PT Jasa Marga yang sudah eksis sebelumnya di bidang jalan tol. Beberapa investor swasta yang dianggap tidak mampu baik di tahapan konstruksi maupun operasional, kemudian diambil alih hak konsesinya oleh BUMN BUMN ini.
Karena sudah adanya payung hukum yang memberikan kepastian investasi lebih baik terutama di bidang pengadaan tanah, beberapa investor swasta pun gencar menyelesaikan proyek jalan tolnya diantaranya group Astra, Citra Marga dan beberapa investor asing dari Malaysia dan Australia yang berpartner dengan investor lokal. Pemerintah juga mendorong pihak Perbankan untuk membantu penyelesaian proyek-proyek infrastruktur dengan memberikan kredit pinjaman kepada para investor.
Saat ini jalan tol Transjawa  sudah terkoneksi  walapun untuk ruas-ruas dari Surabaya - Banyuwangi baru terkoneksi sebagian. Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah seberapa besar efek pembangunan jalan tol ini untuk perekenomian Indonesia, terutama untuk ekonomi kerakyatan mengingat dana yang sudah dikeluarkan baik oleh Pemerintah maupun investor sudah cukup besar.Â
Bagaimana dengan besaran tarif tol Trans Jawa yang dinilai cukup mahal yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada volume traffic yang rendah? Bagaimana jika kemudian traffic kendaraan yang melewati jalan tol tidak memenuhi target berpengaruh pada daya survival para investor di bidang jalan tol ini baik yang swasta maupun BUMN?Â
Kita bahas hal ini di tulisan berikutnya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H