[caption id="attachment_275571" align="alignnone" width="604" caption="Kanan: Aku, Hadi, Bgenk, Wahyu (ASLI), Izo"][/caption] Suatu cerita dalam mimpi yang menjadi nyata, tak terduga kaki ini dapat menginjak sampai tanah Bali hingga Lombok. Berawal dari kisah cerita kawan yang bisa sampai ke pulau tersebut, hati ini sampai ingin mencoba dan selalu berdoa "Semoga suatu saat nanti ada waktu ku sampai hingga pulau Bali", dalam hati ini selalu berdoa. Bali merupakan Pulau yang selalu membuat orang iri akan berada disana, hanya dapat melihat keindahan pulau Bali dari televisi hingga media internet saja yang bisa ku lakukan waktu itu. Artis-artis ibu kota yang selalu berlibur kesana membuat hati ini semakin kecil, karena ku sadar bahwa kemampuan keuangan ku tak akan sanggup membawa ku sampai Pulau Bali, sebuah pulau yang orang Indonesia merasa bangga akan keindahannya. Aku masuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2002. Tahun 2004 ku dekat dengan seseorang bernama Hafidz Ali dan M. Firmansyah (teman sekelas yang sudah ku kenal sejak masuk kuliah), mereka pencinta alam, suka pergi naik gunung, tapi Hafidz Ali juga anak Vespa (Scooterist) yang suka "touring" kemana aja ia suka. 2005 akhirnya ku punya Vespa, dan bergabung dengan komunitas anak-anak Vespa di Kampus UIN, The DJAVU (Djakarta Vespa UIN) namanya. Singkat cerita pada tahun 2007 akhir, teman sekelas ku, M. Firmansyah di wisuda dari UIN. Orang tua dia memberikan hadiah kepadanya dengan permintaan apa saja akan dituruti, permintaan unik yang dia mau "Firman pengen ke Bali, Mah. tapi pake Vespa" Pintanya pada orangtuanya. Mau tidak mau akhirnya orangtua nya menyetujuinya, walau dengan perasaan khawatir. Sebenernya Firman teman ku ini adalah anggota dari salah satu Club Motor Bebek di kawasan Bintaro, Regag namanya. Tetapi karena sering mendengar cerita seru dari kawan-kawan The Djavu tentang perjalanan mereka keluar kota, Firman akhirnya tertarik untuk mencoba "touring" dengan Vespa ke Bali. Bogel sapaan ku waktu kuliah dan hingga kini. "Gel, ayo ke Bali? Alhamdulillah gw ada dananya, elu siapin aja Vespa", ucapnya Firman kala itu. Aku sempat berfikir mungkin dia bercanda, tapi setelah ku berfikir bahwa ini suatu mimpi ku yang akan terwujud bila ku mengiyakan. Dan akhirnya ku putuskan untuk berangkat pada awal Desember 2008 menuju pulau Bali. Aku berangkat dengan 2 Vespa dan 4 Orang. M.Firmansyah (Bgenk), Hadi (anggota The Djavu), Ahmad Fauzi (Izo/anggota The Djavu) dan Aku. Singkat cerita, kita berangkat Start awal dari kampus tercinta kami UIN Jakarta, dan memutuskan lewat jalur Selatan, karena pada tanggal 12-13 Desember 2008 kebetulan ada event Vespa "JSR 3" di Megelang, jadi kami mau mampir dahulu disana. Awal perjalanan kami merasakan harga bensin saat itu Rp. 5.500 dan kami berfikir tidak masalah, tinggal diirit-irit aja pengeluarannya. 2 Vespa yang kami kendarai masih sehat hingga sampai di Wangon salah satu dari Vespa kami mengalami tromol ban patah, dan sudah mencari bengkel tapi tidak ketemu. Dari Wangon-Purworejo terpaksa Vespa kami "stut" (Gaya dorongnya anak Vespa dengan sebelah kaki). Sampai Purworejo kami ketemuan sama salah satu anggota The Djavu yang memang sudah selesai kuliah dan tinggal disana. Setelah selesai dengan perbaikan-perbaikan Vespa, kami melanjutkan perjalanan menuju Magelang untuk mengahadiri event besar Vespa di tanah Jawa. tepat tanggal 12 Desember kami tiba di Magelang, 2 hari kami istirahat disana. Di event tersebut kami bertemu dan kumpul dengan Scooterist dari Ciputat dan Pamulang yang juga datang. 14 Desember 2008 kami melanjutkan perjalanan kami. Sudah tidak terhitung berapa bensin yang kami beli selama perjalanan yang sudah kami tempuh. 15 Desember 2008 kami mengisi bahan bakar sekaligus istirahat di salah satu pom bensin wilayah jawa timur yang memang selalu menjadi tempat favorit kami untuk istirahat. Disitu kami mengisi bensin dan heran kok tumben ngisi bensinnya biasanya 30.000 (sekitar 5 liter) kini cuma 25.000 (5 liter), tapi kami tidak menghiraukan karena sudah lelah. Sampai akhirnya bensin turun hingga harga 4.500 kami juga tidak menyadarinya. Sampai akhirnya kami di kota Malang, padahal waktu itu waktu masih sore, dan kami singgah di masjid wilayah hampir masuk Dampit. "Mau kemana dek?" tanya seorang warga pada kami. "Mau ke Lumajang Pakde", jawab Izo. "waduh dek, lebih baik nginep disini (masjir.red), kalau mau ke Lumajang lewat Dampit dan Turen!", ujar Pakde. "Loh emang kenapa pakde?" jawab Izo (dan kami pun penasaran). "wah disana mah sudah banyak cerita, kendaraan besar aja klo mau sore lebih milih menepi dari pada lewat jalan itu, lebih baik tunggu pagi baru lewat" ujar Pakde tersebut. "Kadang ada Rampok, kadang juga ada makhluk halus, karena disana hutan lebat" tambahnya. Karena kami jalan bersama, akhirnya kami memutuskan ambil suara terbanyak, dan akhirnya keputusan bersama adalah kami bermalam di masjid. :) Ternyata kami dipersilahkan tidur dimasjid oleh pengurus masjidnya dengan catatan KTP kami ditahan untuk jaminan, dan kami dipersilahkan tidur dipelataran. walaupun agak sedikit dongkol, tapi kami menyadari bahwa ini wilayah mereka, bukan jakarta yang mungkin se-enak-enaknya kita. Enak-enaknya tidur, kami dikagetkan dengan suara nenek-nenek ditengah malam. "Dek.. Dek.. Dek..." Ujarnya. Aku dan Izo bangun dan sempet kaget ada nenek-nenek tengah malam panggil-panggil kami. "Ini nenek bawain nasi, ada berapa orang semua?" ujarnya. Dengan perasaan masih kaget dan takut serta sedikit banyak lapar, kami pun menyambut piring yang diberikan nenek tersebut. "Ada 4 orang nek" jawab ku. "Oh,, yaudah nenek ambil 2 lagi yah, tunggu yah" ujar nenek itu. Akhirnya sambil menyantap makanan dengan lauk-pauk yang enak kami pun mengobrol dengan sang nenek. "Nenek liat kok ada motor plat nomornya dari Jakarta!, nenek jadi inget anak nenek di Jakarta" ujar nenek. Oh ternyata anaknya nenek lagi merantau di jakarta dan sedang rindu. Rumah nenek juga ternaya disebelah masjid yang kami tiduri. Pagi hari sang nenek sudah menyediakan sarapan untuk kami, "Sini dek, sarapan dulu, biar ga masuk angin" ucapnya. Selesai sarapan kami pamit pada nenek dan pengurus masjid, dan KTP kami pun dikembalikan. Tidak lupa kami berterimakasih pada pengurus masjid dan juga nenek. Setelah kami lewat Dampit, ternyata kami tau bahwa jalanan yang kami lalui tidak bagus, juga berlubang. Padahal kami melewati Dampit itu siang hari, tetapi masih banyak kabut dan tidak ada cahaya matahari. "umm,, gimana klo kita lewat malam ya Gel?" Ujar Bgenk. Aku hanya bisa jawab "pantesan, daerahnya begini, ngeri juga". 17 Desember 2008 kaki kami menginjakkan tanah Bali. Sampai Gilimanuk ada pemeriksaan identitas sebelum masuk Bali, Alhamdulillah kami pun diijinkan masuk Bali. Ternyata banyak anjing liar yang berkeliaran disini, dan kami pun tidak berani tidur di pom bensin seperti yang kami lakukan sepanjang jalan sebelumnya. Akhirnya kami pun menemukan Masjid yang merupakan Pondok Pesantren wanita tidak jauh dari Gilimanuk. kami pun memutuskan untuk istirahat sejenak disana. Bali merupakan daerah asing buat kami, tidak ada satu pun orang yang kami kenal disana. Vespalah yang mempertemukan kami dengan club JVC (Jembrana Vespa Club) dan langsung bertemu dengan ketua nya Mas Dewo. Satu hari kami istirahat di markas mereka, dan kami putuskan untuk tiba di Pantai Kuta yang memang merupakan tujuan awal kami. Awalnya kami mengira Jembrana - Kuta itu dekat ternyata hampir 12 jam waktu yang kami tempuh untuk sampai kesana, karena ketidak tauan daerah Bali yang membuat kami muter-muter ke arah yang memang kami tidak tau. Sampai di Pantai Kuta sudah menjelang sore, dan kami pun tidak melewatkan untuk menikmati pemandangan dan air laut Pantai Kuta. Ternyata rasa penasaran kami tidak membawa pada rasa kepuasan kami. "Kita lanjut yuk ke Lombok? tinggal nyebrang aja ni? gimana?" Ujar Bgenk. Kami sempat ragu, karena ada banyak kekurangan kami, dari pengetahuan wilayah Lombok, juga mau apa disana?. Tetapi karena rasa penasaran kami kembali akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke Pulau Lombok. Padang Bai jalur penyebrangan ke Pulau Lombok, dan kami pun sampai. "Stop.. stop... pada mau kemana nih?" ujar pak Polisi yang memberhentikan kami di pelabuhan Padang Bai. "Mau nyebrang pak ke Lombok" jawab ku. "Coba lihat surat-suratnya?" jawab Polisi. "Ini Pak" jawab ku. "Kalian dari Jakarta berempat dan yang punya SIM-C cuma satu orang (Bgenk saja waktu itu yang punya SIM-C)" ujar Polisi. "Iya pak, terus bagaimana ini?" jawab ku. "Yaudah sini beli tiket saja sama saya, satu motor dua orang 90.000, jadi dua motor 180.000" ujar Polisi. Awalnya kami kaget, tetapi karena tidak mau banyak urusan dengan Polisi kami pun membeli tiket padanya, dan kami pun akhirnya menaiki Kapal (bukan bermaksud menjelekkan Polisi, tetapi ini yang kami alami sendiri). Sekitar 8 jam kami berada di lautan luas, dan akhirnya tiba di Pelabuhan Lembar. "Terus mau kemana nih?" tanya Izo. Sebelum kami berani memutuskan pergi ke Lombok, kami sempat membaca di koran yang tidak sengaja kami bawa dari event di Magelang, dan didalamnya ada cerita tentang anak club Vespa Lombok, ASLI (Ampenan Scooter Lombok Independent) dan ada nomor kontaknya dengan Gufron. Dan kami pun menghubunginya. Setelah telp-telp nan kami disuruh untuk menunggu di komplek Polda NTB Mataram. Sampai dilokasi kami menghubunginya lagi, dan tidak lama datang seorang bapak-bapak dengan anak kecil mengendarai sebuah Vespa hitam dengan gambar lukisan di Vespa Bidadari setengah telanjang. Oalah ternyata yang kami hubungi ini Beliau (Pakde Gufron namanya), kami kira anak muda seperti kami yang kami hubungi. Dan akhirnya kami pun diajak untuk istirahat di rumahnya. Malam hari kami diajak berkeliling di Lombok Barat dengan berkunjung ke tongkrongan anak GAIS (Green Army Independent Scooterist) dan nongkrong bareng dipersimpangan lampu merah. karena Pakde Gufron ini kerja, maka kami kadang ditinggal dirumahnya, tetapi kadang datang seorang anggota clubnya yang bernama Wahyu, dan mengajak kami berkeliling di Lombok, sampai akhirnya kami pun pergi ke Lombok Timur dan berkunjung ke berbagai club Vespa disana (Mohon maaf kami lupa club-club yang kami kunjungi disana), dan kami pun berwisata di air terjun "Otak Kokoq", dan disana kami dapat melihat keindahan kota Lombok Timur dari atas, karena lokasinya yang berada diatas dekat dengan pintu masuk yang mau naik gunung Rinjani. Pulang dari Lombok Timur lagi-lagi kami istirahat dirumah Pakde Gufron, dan Besoknya berangkat kembali berwisata, kali ini tujuan kami Gili Trawangan (awalnya terdengar aneh, tempat apa yah). Kami jalan pagi-pagi dengan Wahyu, kami mengambil jalur yang melintasi Hutan dan Pegunungan, dan kami berhenti sejenak di Pusuk, tempat wisata bermain dengan monyet-monyet liar tanpa penghalang, dan lokasi ini berada di ketinggian masih di kawasan kaki gunung Rinjani. Akhirnya kami pun sampai di pelabuhan kecil, Bangsal. Karena kendaraan bermotor tidak diijinkan disana, maka Vespa kami pun kami parkir ditempat yang telah disediakan. WOOOOOWWW,, ternyata kami tidak pernah menyesal telah menginjakkan kaki kami di Pulau Lombok, Pulau yang Indah bagi kami, Terutama Gili Trawangan. Dua hari kami di Gili Trawangan dan kami pun merasa bagaikan manusia yang paling beruntung. Pulang dari Gili Trawangan kami melalui jalan yang berbeda dengan jalan pergi, kali ini kami melewati Malimbu,, Dahsyat memang perjalanan yang kami lalui dengan Vespa kami, jalanannya yang menanjak dan berada tepat dibibir jurang membuat hati ini deg-degan juga merasa senang.. Lombok memang luar biasa alamnya. kami pun akhirnya menyempatkan diri mampir di Senggigi, karena memang melewati Senggigi bila mau ke Mataram. 27 Desember 2008 Kami pun kembali ke Bali, kali ini bersama rombongan Scooterist se Pulau Lombok, kapal yang kami tumpangi pun di parkiran terlihat mayoritas Vespa, tak ada motor lain, yang ada hanya mobil pribadi dan bus, itu pun sedikit. Kami berangkat ke Bali rombongan karena ada event Vespa pada tanggal 28 Desember di Ubud bali, yang diadakan oleh Club DSC (Dewata Scooter Club). Selesai acara DSC, kami bersama Club ASLI diundang main ke markas GVC (Guntur Vespa Club) yang berada di Kintamani. Dahsyat, jalan kami yang tempuh menuju kesana tidak ada jalan menurun, semuanya menanjak, ternyata itu daerah tertinggi di pulau Bali, dan udaranya pun melebihi Puncak Bogor. Setelah menginap semalam, kami pun akhirnya berpisah di markas GVC, rombongan ASLI kembali pulang ke Pulau Lombok, dan kami pun melanjutkan perjalanan ke Danau Batur. Perjalanan menuju kesana si enak, karena turunan dan banyak tikungan tajam, tetapi arah baliknya kami lagi-lagi harus melewati tanjakan terjal dan tikungan tajam. Selesai berwisata di Kintamani, kami pun memutuskan untuk menuju Denpasar, mau berkunjung ke rumah Pak Anton SBI (Scooter Brotherhood Indonesia) usulan dari ketua The Djavu, M. Rifai. Sampai di rumah pak Anton kami berkenalan dengan anak perempuannya yang juga suka dengan Vespa, Ika namanya. Selesai dari rumah pak Anton, kami kembali berkeliling di Bali dengan di temani Bagong, teman dari Ika. Kami mampir ke B'RAT'S dan beberapa Club Vespa lainnya di Bali. 31 Desember 2008 kami memutuskan untuk merasakan atmosfir perayaan tahun baru di Pantai Kuta Bali, dan akhirnya kami sampai di Pantai Kuta, untung kami datang siang, kalau kami datang malam mungkin kami tidak dapat masuk ke Pantai Kuta, karena banyaknya wisatawan yang juga ingin merayakan malam tahun baru di Pantai Kuta. Selepas perayaan tahun baru yang sangat meriah di Pantai Kuta, pukul 01.00 tanggal 1 Januari 2009 kami langsung memutuskan untuk langsung ke Jembrana, sekalian mampir dan pamit sama Club JVC untuk pulang ke Jakarta. 2 Januari 2009 pagi hari kami memutuskan untuk berangkat pulang, dan kami tiba di Gilimanuk pada siang hari. Tidak diduga orangtua ku menelpon. "Man lagi dimana?", tanya mama ku di telp. "dikosan mah" jawab ku berbohong, karena klo orangtua ku tahu mereka pasti tidak setuju dengan perjalanan yang ku lakukan sampai jauuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhh... "kenapa mah?" "itu i'i mau disunat hari minggu" ucap mamah ku. "ooo,, yaudah nanti Firman langsung kesana hari minggu" jawab ku. "oke deh" ucap mamah ku. Aku langsung memutuskan untuk membicarakan ini pada teman-teman ku, untungnya mereka juga pada mau sampai cepat-cepat. Tanpa disadari pada hari Minggu 4 Januari 2009 kami sudah tiba di ciputat pada pukul 11.00 wib, dan aku pun hanya istirahat sebentar dikosan, lalu melanjutkan perjalanan ke Bekasi menghadiri acara sunatan sepupu ku. Sampai disana keluarga besar ku bilang "Dari mana Man? kok iteman sekarang? mata kamu juga merah?" "ga dari mana-mana, cuma belum tidur dan suka jalan siang-siang naik motor" jawab ku. "ooooo" ucap saudara ku. Tapi kini kedua orangtua ku sudah tau kalau aku pernah melakukan perjalanan jauh sampai ke sana. Dan mereka hanya menggelengkan kepala, serasa tak percaya kalau Vespa itu bisa sampai sejauh itu. Jalur yang kami lewati ketika pergi sampai Pulau Bali: Jakarta-Cianjur-Bandung-Tasikmalaya-Wangon-Banyumas-Purworejo-Magelang-Jogjakarta-Solo-Ngawi-Nganjuk-Mojokerto-Krian-Malang-Dampit-Lumajang-Jember-Banyuwangi Jalur yang kami lewati ketika pulang: Bayuwangi-Situbondo-Probolinggo-Pasuruan-Mojokerto-Jombang-Nganjuk-Ngawi-Sragen-Salatiga-Ungaran-Kendal-Batang-Pekalongan-Tegal-Brebes-Cirebon-Indramayu-Karawang-Bekasi-Jakarta. *Terlalu banyak cerita dan kenangannya. Ini hanya Cerita singkat. Saya mohon maaf yang sebenar-benarnya bila ada yang tersinggung dengan tulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H