Pemalang, Jawa Tengah. Ditengah pandemi Covid-19, Beberapa mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) Â melakukan Pusat Pelayanan Kuliah Kerja Nyata (P2KKN) yang dibimbing langsung oleh Bapak Fahmi Arifan, S.T., M.Eng. Kegiatan P2KKN dilakukan di Dusun Sarwodadi Desa Cibelok Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang tepatnya dikediaman Ibu Siti Masrotin seorang pengrajin batik didaerah Cibelok. Meski dengan kondisi wabah COVID-19 namun tidak mengurangi semangat mahasiswa untuk tetap melaksanakan kegiatan P2KKN dengan protocol kesehatan
Desa Cibelok merupakan salah satu desa dari 21 kelurahan/ desa yang terdapat di Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. Desa Cibelok, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang merupakan desa dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang sebagian besar mata pencahariannya di bidang perdagangan. Didesa Cibelok terdapat beberapa industri kecil, diantaranya adalah Batik Tulis Arum Cempaka. Batik Arum Cempaka sudah cukup terkenal dikalangan pecinta batik tulis di sekitar Kabupaten Pemalang. Potensi kerajinan ini perlu dikembangkan lagi agar tidak hanya terkenal di Pemalang, dan bisa di kenal masyarakat lebih luas.
Salah satu proses terbenting dalam pembuatan batik tulis adalah proses pengeringan. Selama ini proses pengeringan industri kreatif batik, masih banyak yang hanya mengandalkan panas dari sinar matahari, baik secara langsung maupun tidak. Padahal untuk mendapatkan kualitas pengeringan kain batik tulis yang baik, pada proses ini membutuhkan waktu antara 45 menit/kain tiap kali penjemuran.Keadaan ini akan tercapai bila matahari bersinar terang tanpa mendung maupun hujan. Namun apabila keadaan mendung atau hujan proses pengeringan bisa membutuhkan waktu 2 kali lipatnya. Berdasarkan masalah tersebut kami merancang sebuah alat yang bisa mengeringkan batik secara otomatis.
Alat ini berbentuk lemari dengan ukuran panjang 1.5 m dan lebar 1.25 m. lapisan dasar alat ini terbuat dari bahan triplek dan kemudian di lapisi almunium foil.Fungsi dari lapisan almunium foil ini adalah menyimpan panas agar panas tidak keluar. Alat ini dei lengkapi dengan sesor suhu dan kelembapan DHT11 sehingga alat ini secara otomatis dapat mendeteksi batik sudah kering atau masih basah. Kapasitas alat tersebut dapat mengeringkan batik 2 lembar kain dalam sekali proses pengeringan..
Cara kerja alat ini cukup sederhana, yaitu operator cukup memasukan batik yang akan di keringkan kedalam lemari pengering batik. Setelah dimasuka kedalam lemari, kemudian tekan tombol on. Ketika batik sudah kering makan layar monitor lemari akan memunculkan tulisan " Batik Kering" dan lampu LED indicator akan menyala sehingga operator dapat dengan mudah mengetahui batik kering atau belum.Setelah batik kering makan alat dapat di matikan atau bila masih akan di gunakan operator tinggal memasukan batik lagi kedalam alat.Â
Proses pengeringan memakan waktu 1.5 jam dan menghabiskan daya listrik sekitar 600 Watt. Alat ini sangat efisien dibanding dengan proses pengeringan dengan sinar matahari. Proses pengoprasian yang sangat mudah dan cepat diharapkan alat ini bisa membantu proses produksi Batik Arum Cempaka sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan juga dapat meningkatkan efisiensi. Selain itu  proses pengeringan juga dapat dilakukan meski musim hujan tiba, karena proses pengeringan tidak lagi mengandalkan cuaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H