Mohon tunggu...
Firman Siahaan
Firman Siahaan Mohon Tunggu... Konsultan - Corporate Ant

Sebagai Kepala Pengembangan Bisnis dan Teknologi di Matasigma.com, saya menggabungkan passion saya pada ilmu pengetahuan, seni, dan musik ke dalam setiap aspek pekerjaan dan kehidupan saya. Matasigma.com adalah platform canggih yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) dengan layanan konsultasi keuangan, pembukuan, dan pajak, bertujuan untuk "menyembuhkan usaha yang sakit dan memperkuat usaha yang sehat."

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Ngeluh Itu Biasa, Tapi Gimana Biar Gak Sia-sia

25 September 2024   22:10 Diperbarui: 25 September 2024   22:22 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernahkah kamu merasa terbebani oleh keluhan? Apakah kamu cenderung menjauhi orang-orang yang suka mengeluh?

Jika ya, kamu tidak sendirian. Banyak orang merasa tidak nyaman dengan keluhan, dan cenderung menghindarinya. Namun, bagaimana jika kita memandang keluhan sebagai peluang untuk pertumbuhan pribadi dan transformasi?

Dalam artikel ini, saya akan mengajak pembaca agar kita dapat mengeksplorasi cara untuk mengakui dan mentransformasi keluhan, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan memahami dua elemen penting dalam keluhan, yaitu permintaan dan rasa sakit , kita dapat mengubah keluhan menjadi kekuatan yang mendorong perubahan positif.

Menemukan Diri Sendiri dalam Keluhan

Seringkali, kita merasa terganggu oleh keluhan orang lain karena kita kesulitan menerima sisi diri kita sendiri yang suka mengeluh. Mengakui dan mencintai sisi ini adalah langkah pertama untuk mentransformasi keluhan menjadi kekuatan.

Dengan memberikan perhatian dan cinta kepada bagian diri kita yang mengeluh, kita belajar untuk menerima diri apa adanya. Ini berarti memberi ruang bagi semua emosi, termasuk rasa ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan.

Ingat, mengeluh itu wajar . Kita semua memiliki saat-saat di mana kita merasa tidak puas atau terluka. Dengan menerima diri kita apa adanya, kita dapat mulai mentransformasi keluhan menjadi sesuatu yang lebih konstruktif.

Mengurai Keluhan: Permintaan dan Rasa Sakit

Setiap keluhan memiliki dua elemen penting: permintaan dan rasa sakit .

  • Permintaan : Di balik keluhan, biasanya tersembunyi sebuah permintaan. Misalnya, jika kita mengeluh tentang pekerjaan yang menumpuk, mungkin sebenarnya kita membutuhkan bantuan atau ingin agar pekerjaan dibagi dengan lebih adil.
  • Rasa Sakit : Keluhan juga merupakan ungkapan rasa sakit. Mungkin kita merasa terbebani, tidak dihargai, atau diperlakukan tidak adil.

Dengan memahami kedua elemen ini, kita dapat mentransformasi keluhan menjadi sesuatu yang lebih konstruktif.

  • Menyembuhkan Rasa Sakit : Langkah pertama adalah memperhatikan rasa sakit yang tersembunyi di balik keluhan. Apa yang membuat kita terluka? Apakah ada cara untuk meredakan rasa sakit tersebut?
  • Menyatakan Permintaan : Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi permintaan yang tersembunyi di balik keluhan. Apa yang sebenarnya kita inginkan? Bagaimana kita bisa mengkomunikasikannya dengan cara yang jelas dan konstruktif?

Berkomunikasi dengan Orang Lain

Jika seseorang mengeluh kepada kita, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah memperhatikan rasa sakit mereka. Tunjukkan empati dan berikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan perasaannya.

Selanjutnya, cobalah untuk memahami permintaan yang tersembunyi di balik keluhan mereka. Tanyakan pertanyaan seperti, "Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" atau "Bagaimana menurutmu kita bisa menyelesaikan masalah ini?"

Meminta seseorang untuk mengartikulasikan permintaannya dapat membantu mereka merasa lebih berdaya dan bertanggung jawab atas solusi.

Transformasi: Mengubah Keluhan Menjadi Kekuatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun