program yang akan dilakukan oleh pemkot Bandung makin hari makin maju dengan di barengi oleh teknologi yang semakin canggih, aktivitas seluruh manusia layaknya dunia di film fiksi semua begitu instan baik itu berbelanja, delivery makanan, dan bahkan berinteraksi jarak jauh pun di jaman sekarang ini bisa dilakukan dengan mudah. Salah satu inovasi yang dilakukan pemkot Bandung akhir-akhir ini adalah adanya parkir yang akan menggunakan system pembayaran dengan metode Qris (Quick Response Code Indonesian Standart), metode ini dilakukan di beberapa daerah Bandung di ruas jalan ABC, Jalan Banceuy, Jalan Pecinan Lama, dan Jalan Suniaraja, Kota Bandung.
Salah satuProgram tersebut telah disosialisasikan oleh Badan Layanan Usaha (BLUD) dalam beberapa waktu silam. Biaya parkir ini menjadi salah satu pemasukan juga bagi Kota Bandung,sekedar informasi dari berbagai sumber-sumber pun dikatakan bahwa pendapatan parkir on the street mencapai Rp 11.104.577.825. jumlah tersebut terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yakni Rp6,5 miliar pada 2021 dan 9miliar pada 2021. Akan tetapi alih-alih efektif atau praktis inovasi pembayaran parkir menggunakan Qris ini malah tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, penyebab tidak mulus nya jalan yang dilakukan pemkot Bandung mungkin ketersediaan dan pemerataan teknologi di kalangan para juru parkir yang notabeni nya kalangan usia lansia yang mungkin belum mengetahui secara keseluruhan tentang bagaimana cara menggunakan teknologi dan mengaplikasikan nya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti yang di katakan dari sudut pandang dari juru parkir Bapak Arif 48 tahun di salah satu daerah Bandung di ruas jalan Jalan Citarum SMAN 20 Bandung, walaupun bukan bagian dari daerah yang sudah parkir dengan pembayaran Qris sang juru parkir berpendapat bahwa "pemkot tidak mengedukasi terkait program parkir dengan pembayaran pakai Qris secara merata walaupun pelaksanaannya belum menyebar keseluruh Kota Bandung", dapat dikatakan bahwa para juru parkir mungkin akan ada sebagian yang tidak setuju dengan adanya program tersebut dikarenakan tidak adanya pemahaman untuk mengaplikasikan tentang Qris dan bagaimana cara menarik uang tunai nya.
Walau begitu sang juru parkir merasa nyaman dengan perkerjaannya saat ini dengan tidak dibantunya teknologi karena bagi beliau pembayaran parkir secara langsung lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan Qris. Beliau sudah menjadi juru parkir sudah bertahun-tahun dan dikarenakan beliau menjadi juru parkir di dekat sekolah tidak etis rasanya jika pembayaran parkir melalui Qris karena yang notabeni parkir disekitarnya anak-anak sekolah menengah atas pastinya belum semuanya mempunyai bank online semacam itu, tarif yang dikenankan nya pun terbilang terjangkau bagi anak-anak sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H