Serba repot berada di tengah-tengah. Kaya nggak, miskin juga nggak. Memang menjadi sesuatu yang nanggung itu tidak enak. Apalagi di era seperti saat ini...
Istilah 'kelas menengah' ini memang sedang ramai dan santer dibicarakan, apalagi sejak merebaknya wabah COVID-19, dimana banyak orang yang turun kelas, dari kelas atas turun menjadi kelas menengah, dari yang semula berada di kelas menengah malah turun berada dibawahnya.
Tentu kelas menengah ini memang posisinya sangat tidak enak, sama seperti namanya, tergencet, berada di tengah-tengah, bahkan tidak sekaya para pemilik modal, namun katanya sih cukup.
Apa Itu "Kelas Menengah"?
Banyak yang mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini didominasi oleh masyarakat kelas menengah.
Namun yang membedakan dengan golongan lainnya, kelompok inilah yang memiliki kinerja dan juga usahanya yang berpengaruh pada tumbuhnya ekonomi di Indonesia.
Mengambil informasi dari wikipedia, maka kelas menengah diartikan sebagai sebuah kelas rakyat yang berada di tengah hierarki sosial. Dalam sosio-ekonomi Weberian, maka kelas menengah merupakan kelompok besar rakyat dalam masyarakat kontemporer yang secara sosio ekonomi berada di antara kelas bawah dan kelas atas.
Perubahan demi perubahan yang terjadi, seperti beberapa waktu lalu, krisis ekonomi, resesi dan juga pandemi telah merubah kondisi dan posisi ini. Perubahan ini pula yang menjadikan banyaknya jumlah kelas menengah di Indonesia.
Meskipun, mereka bisa memenuhi hidupnya dengan keahlian dan kemampuan, namun pada dasarnya kondisi ini sangat rentan, bahkan bisa turun kelas, bila terjadi guncangan ekonomi.
Pengalaman yang penulis alami, beberapa waktu lalu, saat memiliki bisnis yang dipikir aman dan sudah berjalan aman hingga 9 tahun, dan akhirnya tutup, tentu hal ini menyisakan perubahan hidup, baik kami para pemilik bisnis dan juga para karyawan.
Bagi kami pemilik bisnis pun yang usahanya tutup pun masih bingung, mau buka usaha lagi, kondisi ekonomi masih belum mendukung, karena belum pulihnya daya beli masyarakat, apalagi sejak harga beranjak naik, harga disesuaikan tidak ada yang beli.