Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tebak Menebak Parpol yang Jadi Oposisi, Setelah Penetapan Presiden Terpilih

26 April 2024   14:51 Diperbarui: 26 April 2024   14:53 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini dimaksudkan, bahwa hadirnya oposisi akan membantu mencegah terjadinya pemerintahan yang anti kritik, memastikan bahwa kritik dan saran konstruktif memiliki tempat yang setara dengan dukungan terhadap pemerintah.

Calon Presiden yang Diusung Kalah dalam Pemilu, Parpol Pengusung Pilih Koalisi atau Oposisi? 

Dalam konteks politik suatu negara, terdapat dua istilah yang sering digunakan, yaitu koalisi dan oposisi.

Koalisi sendiri bisa diartikan sebagai kerjasama antara beberapa partai yang sengaja dilakukan untuk memperoleh kelebihan suara dalam parlemen.

Di Indonesia sendiri pun terdapat hal menarik, karena setiap parpol pengusung calon presiden tentu pasti memiliki kepentingan, apakah kepentingan politik atau kepentingan agar di periode berikutnya menang dalam pemilu.

Maka bisa disadari posisi oposisi di Indonesia tidak segarang di luar negeri, coba kalau Anda perhatikan di berbagai berita dan media, di Amerika Serikat misalnya, Partai Republik dan Partai Demokrat bahkan mereka tidak mau duduk semeja dalam membahas sesuatu, apalagi dalam urusan politik.

Belajar dari berbagai pemilu yang telah terjadi dalam beberapa periode, baru kali ini ada peristiwa menarik. Tentu Anda sendiri pun sudah bisa menebak, bagaimana alur peta politik, yang saat itu partai besar Indoensia, PDI-P mendukung Jokowi sebagai Capres dalam berbagai Pemilu kemarin, namun ternyata terjadi perubahan, dimana akhirnya PDI-P lebih mendukung Ganjar-Mahfudz yang kemudian  kalah, dan Jokowi sendiri lebih mengusung Prabowo-Gibran.

Hal ini terjadi karena adanya manuver politik Jokowi menjelang Pemilu 2024 kemarin, ditambah dengan adanya putusan MK (Mahkamah Konstitusi) tentang syarat batas usia capres-cawapres yang menjadi celah hukum dan memberi jalan Gibran menjadi pendamping Prabowo, yang membuat hubungan Jokowi dan PDI-P pun retak

Tentu saja, hal ini menjadi suatu big case, yang memperlihatkan bahwa PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) bakal menjadi "OPOSISI".

Bagaimana dengan salah satu partai pengusung AMIN (Anies-Muhaimin), sepertinya hanya PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang bakal menjadi "OPOSISi". Hal ini terlihat setelah pasangan Amin kalah dalam pemilu kemarin.

Hal berbeda dengan Nasdem, Nasdem yang awalnya merupakan pendukung penting Capres No. 1 Amin, kabar terakhir (Kompas.com, 26/4/2024), telah merapat ke kubu Prabowo-Gibran. Begitu pula dengan PKB, yang saat itu juga menjadi pendukung Amin. Hal ini menjadikan kekuatan parlemen di kubu koalisi menguat menjadi sebesar 71,89%.

Dari sini terlihat bahwa oposisi tersisa hanya tinggal PDI-P dan PKS. Kita tidak tahu bagaimana kondisi selanjutnya akankah menjadi koaliasi atau tetap kekeh menjadi "OPOSISI".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun