Bisnis adalah suatu seni, seni dalam menghadapi apa pun, begitu pula saat sudah memilih di bidang ini, pilihannya hanya ada dua, tetap meneruskan bisnis yang digeluti dengan apa pun yang terjadi, atau banting setir kembali menjadi orang gajian. Kondisi saat ini memang membuat setiap pebisnis harus memiliki hati yang kuat, istilahnya berusaha menerima  dan menikmati yang tersaji, sebuah falsafah hidup 'nrimo' dalam menghadapi kondisi bisnis yang unpredictable seperti saat ini.
Nrimo sebenarnya adalah ungkapan dalam bahasa Jawa, yang diartikan sebagai menerima, tetapi menerima dalam hal ini bukan menerima dengan pasrah tanpa meakukan apa pun, tetapi menerima keadaan yang terjadi saat ini, namun sambil berupaya untuk mencari jalan keluar.
Seperti beberapa hari kemarin, saat diajak bertemu dengan beberapa kawan yang mencoba banting setir menjadi wirausaha, pada awal-awal membuka usaha di awal pandemi, usaha online yang dijalankannya, baik makanan, usaha kuliner, snack, dan beberapa bisnis lainnya mengalami peningkatan omset yang luar biasa, namun sejak memasuki tahun 2023 terjadi perubahan yang mengagetkan mereka, omset menurun, bahkan banyak diantaranya mulai merumahkan karyawannya.
Konsep Nrimo Ing Pandum dalam Falsafah Jawa
Bisnis mengalami penururnan? Omset yang jeblok tidak karuan? Bukan profit yang didapat, tapi malah nombok? Itu sudah hal biasa, untuk itulah dalam beberapa waktu lalu sebelum membuka bisnis, kami membahas bahwa sebelum membuka bisnis, banyak hal yang harus dipersiapkan, tidak hanya asal buka saja, namun kesiapan mental, tidak hanya mental senang saat bisnis sukses, namun kesiapan mental saat bisnis harus mengalam perurunan seperti saat ini.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apa hubungan antara nrimo ing pandum dengan kondisi bisnis yang saat ini dianggap menurun, mengalami resesi dan lain-lain sebutannya?
Bagi orang Jawa, hidup itu selalu bermakna, bahkan saat membuka bisnis pun harus diresapi sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Membuat Hidup dan juga Yang Memperlancar Rejeki. Sejatinya "nrimo ing pandum" adalah salah satu sesanti atau nasehat dalam filosofi Jawa.
Selama ini kebanyakan masyarakat dimana pun levelnya selalu menganggap nrimo sebagai hanya menerima apa pun yang terjadi, hanya pasrah atau hanya berpangku tangan saat mengalami musibah yang terjadi, sama halnya saat kondisi bisnis yang mengalami penurunan seperti saat ini.
Dalam Jurnal karya dari Silvia Maudy Rakhmawati, seorang peneliti dari UGM (Universitas Gajah Mada) maka nrimo ing pandum itu pada dasarnya diikuti kalimat 'makaryo ing nyoto" atau berarti bekerja secara nyata.
Sehingga sebelum ada kata nrimo ing pandum ini harusnya sudah ada ihtiar atau usaha yang sudah dilakukan terlebih dahulu, sehingga sikap nrimo atau berserah diri termasuk menikmati yang tersaji adalah suatu tindakan yang baru dilaksanakan setelah seseorang itu sudah melakukan daya upaya yang luar biasa.